Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Lolos dari tuduhan itu, Erdogan berhasil memenangkan pemilu Turki yang pertama pada tahun 2014. Erdogan mulai menyerukan konstitusi baru untuk meningkatkan kekuasaan kepala negara.
Pada tahun 2017, referendum menyetujui sistem presidensial eksekutif yang memberikan kekuasaan besar kepada presiden. Setahun setelahnya Erdogan kembali memenangkan pemilihan presiden Turki.
Mulai Kehilangan Kepercayaan
Kepemimpinan Erdogan mulai diragukan sejak pandemi Covid-19 melanda. Ekonomi Turki mengalami krisis mata uang yang lebih dalam menyusul serangkaian pemotongan suku bunga.
Mata uang lira mencapai posisi terendah sepanjang masa, inflasi melonjak ke level tertinggi selama pemerintahan Erdogan, tingkat kepercayaan publik kepadanya pun mulai merosot.
Gampa bumi dahsyat awal tahun ini memberikan pukulan lebih berat kepada Erdogan. Orang-orang di zona bencana mengeluhkan lambatnya tanggapan pihak berwenang, terutama di hari-hari pertama, yang memicu kritik terhadap pemerintah.
Baca Juga: Korban Gempa Turki Pikir Ulang untuk Pilih Erdogan saat Pemilu
Erdogan mengakui respons bisa lebih cepat dan meminta maaf kepada masyarakat atas kekurangan yang terjadi pada hari-hari pertama gempa. Turki menderita gempa paling mematikan dalam sejarah modernnya dengan lebih dari 50.000 orang tewas.
Jelang pemilu Turki tahun 2023, popularitas Erdogan mulai menurun. Sejumlah jajak pendapat juga menunjukkan bahwa lawannya, Kilicdaroglu, menjadi jauh lebih populer.
Namun, pada kenyataannya Erdogan masih sanggup memenangkan lebih banyak suara daripada saingannya, meski gagal mencapai ambang batas 50% yang diperlukan untuk menang di putaran pertama.
Pemungutan suara putaran kedua tanggal 28 Mei mendatang akan menentukan nasib kekuasaan Erdogan di Turki yang telah berjalan selama dua dekade.