kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemimpin komunitas Rohingya tewas tertembak di kamp pengungsian Bangladesh


Kamis, 30 September 2021 / 14:03 WIB
Pemimpin komunitas Rohingya tewas tertembak di kamp pengungsian Bangladesh
ILUSTRASI. Mohib Ullah, pemimpin Arakan Rohingya Society for Peace and Human Rights, berbicara di telepon di kamp Kutupalong di Cox's Bazar, Bangladesh 7 April 2019.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - COX'S BAZAR. Kelompok bersenjata menyerang kamp pengungsian Rohingya di Bangladesh, menewaskan seorang pemimpin Muslim Rohingya pada Rabu (29/9).

Juru bicara PBB dan seorang pejabat polisi setempat mengatakan, kekerasan di sekitar pengungsian memang terus meningkat selama berbulan-bulan. Kamp pengungsi yang ada di Cox's Bazar juga merupakan pemukiman pengungsi terbesar di dunia.

Melansir Reuters, korban tewas adalah Mohib Ullah yang berusia akhir 40-an. Mohib memimpin salah satu kelompok Muslim Rohingya melarikan diri dari Myanmar setelah tindakan keras militer pada Agustus 2017.

Wakil pengawas polisi di kota terdekat Cox's Bazar, Rafiqul Islam menyebitkan, Mohib telah ditembak mati, namun tidak memberikan perincian tambahan.

Juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) menyatakan, badan tersebut sangat sedih atas pembunuhan Mohib. UNHCR berjanji untuk terus berhubungan dengan otoritas penegak hukum yang bertugas menjaga perdamaian dan keamanan di kamp-kamp.

Baca Juga: Kebakaran hancurkan kamp pengungsi Rohingya, 15 tewas dan 400 lainnya hilang

Sosok pemimpin terkemuka

Mohib sempat diundang ke Gedung Putih dan berdialog dengan Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC). Dia dikenal sebagai tokoh pejuang hak kelompok minoritas Rohingya yang telah menghadapi penganiayaan selama beberapa generasi.

Organisasi yang dipimpin Mohib, bernama Arakan Rohingya Society for Peace and Human Rights, adalah kelompok yang mendokumentasikan kekejaman yang diderita Rohingya selama tindakan keras Myanmar, yang menurut PBB, dilakukan dengan niat genosida.

Di kamp-kamp pengungsi Bangladesh, Mohib pergi dari gubuk ke gubuk untuk mencatat angka pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran untuk dilaporkan kepada penyelidik internasional.

Baca Juga: Facebook didesak untuk merilis daftar akun yang terkait gerakan anti-Rohingya

Bersama organisasinya, Mohib berupaya mencari pengakuan atas kelompok Rohingya secara internasional. Saat bertemu dengan UNHRC, dia mengatakan, Rohingya menginginkan lebih banyak suara untuk masa depan mereka sendiri.

Sayangnya, kegigihan Mohib justru membuatnya menjadi sasaran kelompok garis keras dan dia menerima ancaman pembunuhan. Dalam wawancaranya dengan Reuters tahun 2019, Mohib bahkan rela mati demi keadilan bagi masyarakat Rohingya.

Aung Kyaw Moe, seorang aktivis masyarakat sipil Rohingya dan penasihat Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar, mengatakan, kematian Mohib Ullah adalah kerugian besar bagi komunitas Rohingya.

"Dia selalu sadar ada ancaman, tetapi dia berpikir bahwa meskipun ada ancaman jika dia tidak melakukan pekerjaan yang dia lakukan, tidak ada orang lain yang akan melakukannya," katanya.

Selanjutnya: 116 Orang tewas dalam kerusuhan penjara di Ekuador, 6 di antaranya terpenggal




TERBARU

[X]
×