Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara saat ini menghadapi tantangan bersama untuk menghadapi pandemi virus korona Covid-19.
Penguatan kerjasama dalam kerangka penanganan pandemi menjadi tantangan penting dalam kerajasama Asean di bawah kepemimpinan Kamboja pada 2022 mendatang.
Hal ini terungkap dalam diskusi bertajuk "the Foreign Policy of Cambodia on Bilateral and Regional Level: Its Impact and Benefits for Indonesia and ASEAN," yang berlangsung Rabu (9/6) secara daring.
Duta Besar RI, Sudirman Haseng saat membuka diskusi ini menyatakan, tantangan ke depan adalah bagaimana mengoptimalkan keketuaan Kamboja pada tahun 2022 untuk memperkuat identitas Komunitas ASEAN.
Para panelis menyampaikan bahwa Keketuaan ASEAN yang pada tahun 2022 akan diampu oleh Kamboja dan Indonesia pada 2023 memiliki banyak kesempatan dan tantangan yang menjadii pekerjaan rumah bagi seluruh anggota ASEAN dan bagi Ketua ASEAN.
Edy Prasetyono Direktur Eksekutif Pusat Studi ASEAN, Universitas Indonesia berpendapat, secara umum tantangan yang dihadapi oleh ASEAN ke depan adalah penanganan pandemi Covid-19.
Sebab pandemi Covid-19 telah menyebabkan stagnasi bahkan penurunan ekonomi, semua negara di kawasan
Karena itulah ke depan penting bagaimana menyeimbangkan dan memelihara ASEAN-driven regionalism, dan menyeimbangkan kepentingan nasional dengan keterikatan dan tekanan dari negara-negara besar.
Uch Leang, Acting Director of the Department of Asian, African and Middle East Studies of the International Relations Institute of Cambodia berpendapat, selain bersama-sama bangkit dari pandemi Covid-19 kepemimpinan Asean ke depan di bawah Kamboja adalah bagaimana agar bisa terus menjaga dan mengelola lingkungan yang kondusif bagi perdamaian dan stabilitas kawasan guna menopang kemakmuran bersama di kawasan Asia Tenggara.
Leang, menyoroti kompetisi antarnegara di seputar Laut China Selatan (LCS) dan masalah Myanmar yang sangat kompleks akan menjadi batu panas dan ujian bagi kepemimpinan Kamboja di tahun 2022.
Leang, juga menyebut Kamboja akan terus mempromosikan tata kelola global untuk memperkuat sistem multilateral, memerangi perubahan iklim dan memprioritaskan pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
Sedangkan Chheang Vannarith, President Asian Vision Institute, Kamboja menggarisbawahi, peran kepemimpinan Indonesia 2023 dalam ASEAN, akan memiliki keterkaitan dengan Kamboja.
Vannarith memuji peran mediator yang dimainkan Indonesia dalam penyelesaian sengketa perbatasan antara Kamboja dan Thailand di tahun 2011.
Menurut Chheang Vannarith, Indonesia juga berhasil memecah kebuntuan dalam proses pembuatan komunike bersama saat Kamboja menjadi ketua ASEAN tahun 2012, dengan enam poin yang diajukan oleh Marty Natalegawa, Menlu Indonesia saat itu.
"ASEAN akan selalu dihadapkan pada tantangan regionalisme," tambah Vannarith,
Karena itu penting bagi organisasi ini untuk terus memelihara sentralitas ASEAN dan bisa mengakomodasi berbagai pengaruh eksternal.