Sumber: South China Morning Post | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Lebih lanjut, mereka mengingatkan bahwa penelitian ini tidak bertujuan untuk mengukur tingkat keefektifan vaksin secara keseluruhan terhadap varian apa pun.
Pfizer sempat khawatir dengan varian Afrika Selatan
Pfizer dan mitranya, BioNTech, belum mengeluarkan pernyataan apa pun terkait penelitian dari Israel tersebut, Namun beberapa waktu lalu mereka meyakinkan publik bahwa vaksin mereka ampuh untuk melawan segala varian virus corona.
Pada 1 April lalu, perusahaan tersebut mengatakan bahwa vaksin mereka sekitar 91% efektif untuk mencegah Covid-19, mengutip data uji coba terbaru yang menyertakan peserta yang diinokulasi hingga enam bulan.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa vaksin Pfizer kurang kuat terhadap varian Afrika Selatan dibandingkan varian lain dari virus corona, tetapi masih menawarkan pertahanan yang kuat.
Di sisi lain, tim peneliti Pfizer kini mulai khawatir apakah vaksin mereka akan efektif melawan mutasi. Uji coba terbaru menunjukkan tingkat perlindungannya turun hingga dua pertiga dari sebelumnya.
Baca Juga: Pfizer dan BioNTech mulai uji coba vaksin Covid-19 ke anak di bawah 12 tahun
Dalam penelitian yang dilakukan bulan Februari lalu, Pfizer mengembangkan virus rekayasa yang mengandung mutasi yang sama dengan jenis yang beredar di Afrika Selatan.
Virus rekayasa tersebut kemudian diuji terhadap darah yang diambil dari orang yang telah diberi vaksin. Hasilnya, ada penurunan dua pertiga dalam tingkat antibodi penetral dibandingkan dengan pengaruhnya pada versi virus yang umum beredar di AS.
Meskipun demikian, tim peneliti mengatakan bahwa masih tidak jelas apakah pengurangan dua pertiga itu akan membuat vaksin tidak efektif terhadap varian yang menyebar di seluruh dunia.
Profesor Pei-Yong Shi dari University of Texas Medical Branch (UTMB) yang ikut serta dalam penelitian mengatakan, meskipun varian virus baru secara signifikan mengurangi keefektifan vaksin, vaksin seharusnya tetap mampu melindungi dari gejala yang parah dan kematian.
"Perlu lebih banyak pekerjaan untuk memahami apakah vaksin tersebut bekerja melawan varian Afrika Selatan, termasuk uji klinis dan pengembangan korelasi perlindungan," lanjut Shi, seperti dikutip Reuters.