kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,76   3,43   0.38%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peneliti Jepang temukan fakta: Virus corona bisa menyerang otak


Sabtu, 19 September 2020 / 10:30 WIB
Peneliti Jepang temukan fakta: Virus corona bisa menyerang otak


Sumber: Japan Today | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - Beberapa gejala seperti sakit kepala, kebingungan, dan delirium seringkali dirasakan oleh para pasien Covid-19. Penelitian terbaru menunjukkan, virus corona baru memang berpotensi menyerang otak.

Berdasarkan makalah yang dikerjakan oleh Akiko Iwasaki, ahli imunologi dari Yale University, Amerika Serikat (AS), virus tersebut dapat bereplikasi di dalam otak, seperti dikutip Japan Today.

Di dalam otak, virus corona baru atau SARS-CoV-2 akan membuat sel-sel otak yang ada di sekitarnya kekurangan oksigen. Hanya saat ini, prevalensinya masih belum jelas.

Sejalan dengan itu, Ketua Departemen Neurologi di University of California Andrew Josephson juga mengatakan, penting untuk memahami ada atau tidaknya keterlibatan virus ke otak.

Baca Juga: Pengobatan tradisional jadi rahasia China melawan ganasnya Covid-19

Bagi banyak ilmuwan di bidang ini, virus corona memang menunjukkan potensi untuk menembus sawar darah otak untuk memblokir zat asing seperti oksigen. Sebagai contoh, virus zika juga melakukan hal yang sama dan mengakibatkan kerusakan signifikan pada otak janin.

Saat ini, Iwasaki dan rekan-rekan penelitinya sedang berusaha membuktikan hipotesa dengan melakukan tiga prosedur penelitian.

Yakni, menginfeksi otak mini yang dikembangkan di laboratorim (organoid otak), menginfeksi tikus, dan dengan memeriksa jaringan otak pasien Covid-19 yang telah meninggal.

Baca Juga: Muncul virus demam babi Afrika, Jepang setop impor daging babi dari Jerman

Di dalam organoid otak, tim peneliti menemukan, virus corona mampu menginfeksi neuron dan kemudian membajak mesin sel neuron untuk membuat salinannya sendiri.

Akibatnya, sel yang terinfeksi virus corona akan mematikan sel di sekitarnya, karena menghalangi pasokan oksigen yang semestinya diterima.

Pada uji coba tikus, peneliti membagi ke dalam dua kategori. Pertama, tikus diubah secara genetik sehingga memiliki reseptor ACE2 hanya di paru-parunya. Kedua, hanya di otaknya.

ACE2 adalah protein tingkat tinggi yang sangat diperlukan oleh otak. Protein ini juga yang menjadi "kendaraan" bagi virus corona untuk bisa mencapai otak.

Baca Juga: Analis: Jalan menuju pemulihan ekonomi Jepang akan panjang dan sulit

Tikus dengan reseptor di paru-paru menunjukkan beberapa tanda cidera paru-paru. Sementara yang menerimanya di otak, mulai kehilangan berat badan dengan cepat dan kemudian mati.

Uji coba pada pasien meninggal menunjukkan dampak virus pada otak dalam kadar yang berbeda-beda, tergantung komplikasi gejala yang dialami.

Para peneliti menemukan, respons imun yang berlebihan bukan merupakan penyebab utama gejala neurologis. Padahal, kasus ini bertanggungjawab atas banyak kerusakan paru-paru pasien Covid-19.

Untuk menemukan bukti lebih lanjut, tim peneliti akan melakukan lebih banyak otopsi pada tubuh pasien Covid-19 yang telah meninggal.

Selanjutnya: Fakta menarik, separuh warga Jepang justru merasa lebih sehat sejak pandemi




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×