kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Jalan menuju pemulihan ekonomi Jepang akan panjang dan sulit


Kamis, 10 September 2020 / 14:33 WIB
Analis: Jalan menuju pemulihan ekonomi Jepang akan panjang dan sulit
ILUSTRASI. Bendera Jepang yang berkibar di salah satu distrik bisnis yang ada di Tokyo.


Sumber: NHK | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pakar eknonomi memprediksikan, ekonomi Jepang yang hancur akibat pandemi virus corona baru butuh waktu 5 tahun untuk bisa kembali ke kondisi normal.

Banyak pakar memproyeksikan, pandemi virus corona akan meninggalkan dampak yang bertahan selama bertahun-tahun ke depan. Setelah pandemi usai, akan terjadi banyak penyesuaian di bidang sosial, ekonomi, bahkan politik.

Dampak ekonomi jadi salah satu momok paling menakutkan bagi banyak negara. Termasuk, negara dengan perekonomian kuat seperti Jepang.

Analis dari Kantor Kabinet Jepang mengatakan, ekonomi negeri matahari terbit bernasib lebih buruk pada periode April-Juni dengan penyusutan hingga 28,1%. Penyusutan ini sangat jauh lebih dalam dari perkiraan.

Penurunan tersebut merupakan yang paling tajam sejak Pemerintah Jepang mulai menyimpan data komparatif pada 1980. Para ekonom sepakat, jalan menuju pemulihan ekonomi Jepang akan panjang dan sulit.

Baca Juga: Komite Olimpiade Internasional: Olimpiade Tokyo dimulai 23 Juli 2021

Kiuchi Takahide, Ekonom Eksekutif di Institut Penelitian Nomura, memprediksikan, Jepang butuh waktu setidaknya 5 tahun untuk bisa mengembalikan nilai produk domestik bruto (PDB) ke tingkat sebelum pandemi.

"Jalan untuk kembali ke belakang akan sangat sulit bagi sektor pariwisata dan restoran, yang telah terhambat oleh upaya memerangi penyebaran virus," ungkap Kiuchi seperti dikutip NHK.

Jepang selalu gagal mencapai produksi tinggi 

Tidak hanya itu, Kiuchi juga mengungkapkan, stagnansi dan penurunan gaji adalah dampak pandemi bagi perekonomian yang lebih serius. Angka PDB Jepang tahun ini menunjukkan upah riil turun sebesar 3,8% pada kuartal kedua. 

Penurunan ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang terjadi pada krisis keuangan global 2009 lalu. Saat itu, penurunan upah di Jepang turun 2%. Ini menunjukkan, dampak pandemi bagi perekonomian memang nyata.

"Dampak pandemi pada pendapatan ini terjadi lebih cepat dari dugaan. Kami khawatir hal ini bisa menyebabkan 'spiral negatif' di mana menurunnya pendapatan mendorong penurunan pengeluaran, yang nantinya memicu kemerosotan labih lanjut dalam dunia bisnis," ujar Kiuchi.

Baca Juga: Jepang buka pintu masuk untuk empat negara ASEAN, Indonesia tidak termasuk

Sejak krisis ekonomi global 2009, industri Jepang selalu gagal mencapai produksi tinggi yang terjadi sebelum 2008. Dan saat ini, produksi kembali menurun karena pandemi.




TERBARU

[X]
×