Sumber: Japan Today | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Di dalam organoid otak, tim peneliti menemukan, virus corona mampu menginfeksi neuron dan kemudian membajak mesin sel neuron untuk membuat salinannya sendiri.
Akibatnya, sel yang terinfeksi virus corona akan mematikan sel di sekitarnya, karena menghalangi pasokan oksigen yang semestinya diterima.
Pada uji coba tikus, peneliti membagi ke dalam dua kategori. Pertama, tikus diubah secara genetik sehingga memiliki reseptor ACE2 hanya di paru-parunya. Kedua, hanya di otaknya.
ACE2 adalah protein tingkat tinggi yang sangat diperlukan oleh otak. Protein ini juga yang menjadi "kendaraan" bagi virus corona untuk bisa mencapai otak.
Baca Juga: Analis: Jalan menuju pemulihan ekonomi Jepang akan panjang dan sulit
Tikus dengan reseptor di paru-paru menunjukkan beberapa tanda cidera paru-paru. Sementara yang menerimanya di otak, mulai kehilangan berat badan dengan cepat dan kemudian mati.
Uji coba pada pasien meninggal menunjukkan dampak virus pada otak dalam kadar yang berbeda-beda, tergantung komplikasi gejala yang dialami.
Para peneliti menemukan, respons imun yang berlebihan bukan merupakan penyebab utama gejala neurologis. Padahal, kasus ini bertanggungjawab atas banyak kerusakan paru-paru pasien Covid-19.
Untuk menemukan bukti lebih lanjut, tim peneliti akan melakukan lebih banyak otopsi pada tubuh pasien Covid-19 yang telah meninggal.