Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Para peneliti di Australia dan Taiwan menyebut sampel virus korona yang diisolasi di India telah bermutasi dan dapat mengganggu pengembangan vaksin corona di seluruh dunia.
Studi non-peer review yang dilakukan peneliti menunjukkan perubahan telah terjadi di bagian protein yang memungkinkan virus untuk mengikat ke sel manusia.
Baca Juga: Peneliti Harvard sebut virus corona bisa menyebar hingga dua tahun ke depan
Struktur ini menargetkan sel-sel yang mengandung ACE2, suatu enzim yang ditemukan di paru-paru yang juga memungkinkan virus Sindrom Pernafasan Akut (Sars) menginfeksi manusia.
Dilansir dari South China Morning Post, para peneliti yang dipimpin oleh Wei-Lung Wang, dari Universitas Pendidikan Nasional Changhua di Taiwan mengatakan ini adalah laporan pertama dari mutasi signifikan yang dapat mengancam pengembangan vaksin untuk virus yang menyebabkan Covid-19.
"Pengamatan penelitian ini menimbulkan kekhawatiran bahwa mutasi Sars-CoV-2 dengan beragam epitop (sesuatu yang dilekatkan oleh antibodi pada) profil dapat muncul kapan saja," tulis para peneliti dalam sebuah makalah yang dirilis pada hari Sabtu.
"(Ini) berarti pengembangan vaksin saat ini terhadap Sars-CoV-2 berisiko besar menjadi usaha yang sia-sia," lanjut mereka.
Baca Juga: Singapura wajibkan semua orang memakai masker, dendanya mencapai belasan juta rupiah
Sampel ini diambil dari seorang mahasiswa kedokteran asal India yang kembali dari Wuhan. Tetapi jenis mutasi ini tampaknya tidak terkait erat dengan apa pun yang diidentifikasi di Wuhan.
Para peneliti menemukan bahwa mutasi terjadi dalam domain pengikatan reseptor protein lonjakan (RBD).
Simulasi komputer menunjukkan bahwa mutasi RBD, yang tidak ditemukan pada varian lain di seluruh dunia, dapat menghilangkan ikatan hidrogen dari protein spike.
Baca Juga: Wah, pembeli mobil di China malah diberi uang oleh pemerintah
Tanpa ikatan ini, virus kemungkinan lebih kecil untuk berikatan dengan ACE2, atau angiotensin converting enzyme-2, yang ditemukan di paru-paru dan organ lain.
Sejak identifikasi pertama yang dikonfirmasi pada awal Januari, menurut Pusat Informasi Bio Nasional China, virus ini tersebar ke setiap benua kecuali Antartika dengan lebih dari 3.500 mutasi terdeteksi.