Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengumumkan konsesi minggu ini yang bertujuan untuk mengakhiri protes, termasuk secara resmi membatalkan RUU ekstradisi yang sangat tidak populer, yang memicu keresahan sejak Juni 2019 lalu. Banyak pengunjuk rasa mengatakan keputusan Lam itu sudah terlambat.
RUU itu akan memungkinkan ekstradisi orang ke daratan China untuk diadili di pengadilan yang dikendalikan oleh Partai Komunis. Hong Kong memiliki peradilan independen yang berasal dari pemerintahan Inggris.
Belakangan tuntutan aksi demonstrasi meluas menjadi seruan untuk demokrasi dan banyak pengunjuk rasa telah berjanji untuk berjuang.
Baca Juga: Di sela kunjungan ke China, Merkel: Hak dan kebebasan di Hong Kong harus dijamin
Departemen Luar Negeri AS memperbarui travel warning ke Hong Kong dengan mengingatkan bahwa warga negara AS dan karyawan konsuler telah menjadi target kampanye propaganda baru-baru ini oleh China yang menuduh Amerika Serikat menimbulkan kerusuhan.
Tingkat risiko secara keseluruhan tetap pada level terendah kedua dari ukuran empat tingkat, setelah dinaikkan pada 7 Agustus untuk mencerminkan meningkatnya kekerasan.
Wakil Presiden AS Mike Pence mendesak Beijing memperlakukan para pengunjuk rasa Hong Kong secara manusiawi, memperingatkan bahwa akan lebih sulit bagi Washington untuk membuat perjanjian perdagangan dengan Beijing jika ada kekerasan.
Baca Juga: Pemimpin Hong Kong: China mendukung penuh penarikan RUU Ekstradisi
Sebaliknya, Trump berganti-ganti antara memuji Presiden Tiongkok Xi Jinping sebagai pemimpin yang hebat dan melemparkannya sebagai musuh, sambil mengecam China karena mengambil keuntungan dari bisnis AS.
Beijing mengumumkan bahwa para pejabat tinggi akan menuju ke Washington pada awal Oktober 2019 untuk mengadakan pembicaraan yang bertujuan untuk mengakhiri perang dagang.