Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - BERLIN. Penjualan kendaraan mewah asal Jerman pada kuartal III tahun ini menurun karena permintaan yang lesu dan persaingan yang ketat dengan produsen kendaraan China.
Produsen mobil Jerman juga mengalami tantangan karena biaya produksi yang tinggi dan peralihan ke kendaraan listrik.
Masalah tersebut baru-baru ini diilustrasikan upaya pemotongan biaya di produsen mobil terbesar di Eropa, Volkswagen yang mempertimbangkan menutup pabrik di Jerman untuk pertama kalinya.
Pada periode Juli-September, penjualan BMW turun 13%, sementara penjualan Mercedes menurun 3%.
Baca Juga: Rio Tinto Akuisisi Arcadium Lithium Senilai US$6,7 Miliar
Penyebab utamanya adalah permintaan China sebagai pasar mobil terbesar di dunia yang menurun karena ekonomi yang lesu, sementara produsen mobil asing menghadapi persaingan ketat dari produsen lokal yang menawarkan model yang lebih murah, terutama EV. Penjualan BMW di China merosot sepertiga sementara Mercedes turun 13%.
Mercedes juga mencatat pasar kendaraan listrik bertenaga baterai (BEV) secara global lesu, Mercedes melaporkan penurunan penjualan BEV sebesar 31%. Sementara penjualan BEV BMW masih naik 10% pada kuartal tersebut.
Uni Eropa baru-baru ini mengenakan tarif yang tinggi pada kendaraan listrik buatan China mengatakan kendaraan tersebut diuntungkan subsidi negara yang tidak adil. China membantah hal ini dan mengancam akan melakukan pembalasan, sementara produsen mobil Jerman yang menghasilkan sekitar sepertiga dari keuntungan mereka di China , telah menyuarakan kekhawatiran dan menyerukan lebih banyak pembicaraan.
Konsumen Eropa enggan membeli kendaraan listrik yang lebih mahal, sebagian karena infrastruktur pengisian daya yang tidak merata.
Perusahaan tersebut memangkas perkiraan tahunan mereka pada bulan September dengan alasan pasar China yang lesu, sementara BMW juga menyebutkan masalah sistem pengereman yang dipasok oleh Continental.
Baca Juga: Aksi Balasan Tiongkok: China Kenakan Tarif pada Brendi Uni Eropa