Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Jumlah kematian di Iran akibat wabah virus corona mencapai rekor dan telah meningkat menjadi 4.585 kasus, dengan penambahan 111 kasus kematian dalam sehari. Seorang pejabat kementerian kesehatan mengatakan pada hari Senin, jumlah total kasus yang terinfeksi telah mencapai 73.303 kasus di negara Timur Tengah yang paling terkena dampak corona.
Mengutip Reuters, pada hari Minggu, pemerintah mencabut larangan perjalanan antar kota di provinsi Iran, sementara pembatasan perjalanan antar provinsi akan berakhir pada 20 April, media pemerintah melaporkan.
"45.983 dari mereka yang terinfeksi virus telah pulih ... Ada 1.617 kasus baru yang terinfeksi dalam 24 jam terakhir," jelas Alireza Vahabzadeh, penasihat menteri kesehatan Iran, dalam kiacauannya di Twitter.
Baca Juga: Iran: Donald Trump lebih berbahaya daripada virus corona
Juru bicara Kementerian Kesehatan Kianush Jahanpur mengatakan kepada TV pemerintah Iran bahwa 3.877 dari mereka yang terinfeksi virus corona berada dalam kondisi kritis.
TV pemerintah Iran memperlihatkan jalan-jalan yang dipenuhi orang, bus yang penuh sesak dan mobil kereta bawah tanah di beberapa kota sebagai apa yang disebut bisnis berisiko rendah - termasuk banyak toko dan bengkel - dibuka kembali di seluruh Iran mulai Sabtu. Sedangkan ibukota Teheran akan terus melanjutkan penutupan hingga 18 April mendatang.
Baca Juga: Iran melaporkan ada 3.000 kasus baru virus corona dalam satu hari
Beberapa pejabat kesehatan dan para ahli telah memperingatkan pemerintah tentang gelombang kedua COVID-19 yang menurut mereka dapat memukul Teheran dengan keras. Alireza Zali, kepala Gugus Tugas Coronavirus Teheran yang dipimpin pemerintah, meminta warga untuk tetap tinggal di rumah.
Bisnis dan layanan yang dianggap berisiko tinggi, termasuk teater, kolam renang, sauna, salon kecantikan, sekolah, pusat perbelanjaan dan restoran, belum dibuka kembali.
Penguasa ulama Iran, yang telah berjuang untuk menghentikan penyebaran penyakit ini, khawatir bahwa langkah-langkah untuk membatasi kegiatan publik dapat menghancurkan ekonomi yang telah terpukul oleh sanksi AS.
"Kita harus berjuang melawan virus corona dan virus sanksi secara bersama," kata juru bicara pemerintah Ali Rabiei dalam konferensi pers mingguan yang disiarkan televisi seperti yang dikutip Reuters.
Baca Juga: Hampir 300 orang tewas di Iran karena minum metanol yang dikira obati covid-19
Washington menerapkan kembali sanksi terhadap Iran pada 2018, ketika Presiden AS Donald Trump menarik Amerika Serikat dari perjanjian nuklir 2015 dengan enam kekuatan utama.
Otoritas Iran menyalahkan sanksi AS karena menghambat upaya mereka untuk memerangi penyakit. Namun, para pemimpin Iran telah menolak tawaran bantuan kemanusiaan Washington untuk mencegah wabah virus corona.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menuliskan tweet pada hari Senin, bahwa efek sanksi AS terhadap respons virus corona baru Iran akan selalu diingat oleh rakyat Iran.
Baca Juga: Lockdown tidak cukup hentikan pandemi, ini saran WHO
"Terlepas dari sanksi AS, Iran telah membuat kemajuan yang signifikan dalam memerangi pandemi, berkat sumber daya manusia & ilmiahnya, dan teman-teman di luar negeri," tulis Zarif.
“#Covid19 adalah kesempatan bagi AS untuk menghentikan kecanduannya terhadap sanksi. Sebaliknya, sekarang akan hidup dalam kekejaman dalam ingatan rakyat kita," tulis Zarif.