Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Bisnis dan layanan yang dianggap berisiko tinggi, termasuk teater, kolam renang, sauna, salon kecantikan, sekolah, pusat perbelanjaan dan restoran, belum dibuka kembali.
Penguasa ulama Iran, yang telah berjuang untuk menghentikan penyebaran penyakit ini, khawatir bahwa langkah-langkah untuk membatasi kegiatan publik dapat menghancurkan ekonomi yang telah terpukul oleh sanksi AS.
"Kita harus berjuang melawan virus corona dan virus sanksi secara bersama," kata juru bicara pemerintah Ali Rabiei dalam konferensi pers mingguan yang disiarkan televisi seperti yang dikutip Reuters.
Baca Juga: Hampir 300 orang tewas di Iran karena minum metanol yang dikira obati covid-19
Washington menerapkan kembali sanksi terhadap Iran pada 2018, ketika Presiden AS Donald Trump menarik Amerika Serikat dari perjanjian nuklir 2015 dengan enam kekuatan utama.
Otoritas Iran menyalahkan sanksi AS karena menghambat upaya mereka untuk memerangi penyakit. Namun, para pemimpin Iran telah menolak tawaran bantuan kemanusiaan Washington untuk mencegah wabah virus corona.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menuliskan tweet pada hari Senin, bahwa efek sanksi AS terhadap respons virus corona baru Iran akan selalu diingat oleh rakyat Iran.
Baca Juga: Lockdown tidak cukup hentikan pandemi, ini saran WHO
"Terlepas dari sanksi AS, Iran telah membuat kemajuan yang signifikan dalam memerangi pandemi, berkat sumber daya manusia & ilmiahnya, dan teman-teman di luar negeri," tulis Zarif.
“#Covid19 adalah kesempatan bagi AS untuk menghentikan kecanduannya terhadap sanksi. Sebaliknya, sekarang akan hidup dalam kekejaman dalam ingatan rakyat kita," tulis Zarif.