Sumber: BBC | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manchester City, klub yang dikenal sebagai raksasa di kancah sepak bola Inggris, kini tengah berada dalam periode sulit setelah mengalami empat kekalahan beruntun dalam berbagai kompetisi.
Pep Guardiola, sang pelatih yang telah membawa City meraih enam dari tujuh gelar Liga Premier terakhir, kini dihadapkan pada tantangan besar mempertahankan dominasi mereka.
Kekalahan Beruntun yang Mengubah Momentum City
Manchester City baru-baru ini mengalami kekalahan 2-1 dari Brighton, yang menambah deretan kekalahan mereka. Kekalahan ini merupakan pukulan berat bagi tim karena kini mereka tertinggal lima poin dari pemimpin klasemen, Liverpool.
Ini merupakan kali pertama dalam 18 tahun City mengalami empat kekalahan berturut-turut sejak Stuart Pearce menjadi manajer.
Baca Juga: Kalah Lagi! Apakah Era Kejayaan Pep Guardiola di Manchester City Mulai Memudar?
Rentetan kekalahan tersebut meliputi kekalahan dari Bournemouth dan Brighton di Liga Premier, kekalahan dari Tottenham di Piala Carabao, serta kekalahan dari Sporting di Liga Champions.
Guardiola menyatakan bahwa timnya harus segera memperbaiki performa dan kembali meraih kemenangan untuk menjaga persaingan di papan atas klasemen.
"Kita harus mencoba memenangkan pertandingan lagi. Empat kekalahan berturut-turut. Kita harus mengubah keadaan dengan cepat," ujar Guardiola dalam wawancara dengan BBC Match of the Day.
Krisis Cedera di Lini Belakang City
Salah satu faktor yang memperburuk performa City adalah krisis cedera yang menghantam beberapa pemain kunci, terutama di lini belakang. Ruben Dias, John Stones, Jeremy Doku, dan Jack Grealish masih harus absen, ditambah dengan pemain-pemain yang cedera jangka panjang seperti Rodri dan Oscar Bobb.
Guardiola bahkan terpaksa menurunkan Jahmai Simpson-Pusey, pemain muda berusia 19 tahun, untuk pertama kalinya di Liga Premier.
Keputusan ini menunjukkan bahwa City kini tengah menghadapi keterbatasan pilihan pemain dalam mengisi lini pertahanan.
Nathan Ake dan Manuel Akanji, dua bek senior, hanya cukup fit untuk berada di bangku cadangan. Guardiola mengakui bahwa kondisi ini membuat timnya rentan dan sulit tampil konsisten sepanjang 90 menit.
"Saat ini, kita belum mampu bermain selama 90 menit penuh," tutur Guardiola.
"Kita menjalani babak pertama yang sangat baik, namun tidak mampu menjaga ritme di babak kedua," tambahnya.
Baca Juga: Performa Arsenal Menurun, Arteta: Tak Perlu Reset Tim!
Tantangan Mental di Tengah Tekanan
Tekanan pada Guardiola dan tim semakin besar, terutama setelah ditanya dalam konferensi pers apakah era kejayaan mereka telah berakhir. Guardiola dengan tegas menegaskan bahwa meski telah mendominasi Liga Premier selama bertahun-tahun, ia memahami bahwa tidak mungkin untuk terus memenangkan setiap musim.
"Ini adalah olahraga. Olahraga tidak selalu tentang kemenangan. Akan ada saat-saat sulit. Jika ada tim lain yang ingin mengalahkan kita, itu bisa terjadi," ujar Guardiola.
Guardiola mengisyaratkan bahwa setelah bertahun-tahun meraih kemenangan, mungkin ada saat di mana tim lain layak memenangkan gelar Liga Premier.
Pernyataan ini mencerminkan bahwa City tidak hanya menghadapi tantangan fisik di lapangan, namun juga tantangan mental yang membutuhkan ketangguhan dari seluruh anggota tim.
Strategi dan Perubahan yang Diperlukan untuk Mengatasi Krisis
Manchester City memiliki waktu istirahat untuk rehat internasional, yang akan memberikan kesempatan bagi pemain-pemain untuk pulih dari cedera.
Guardiola optimis bahwa setelah jeda internasional, dengan kembalinya pemain-pemain yang cedera, mereka dapat kembali bersaing di puncak klasemen.
"Ketika pemain-pemain kembali, saya tidak ragu bahwa kita akan kembali ke performa terbaik kita," tambahnya.
Di sisi lain, beberapa pengamat menilai bahwa City perlu lebih fokus dalam membangun ketahanan fisik dan strategi pressing yang lebih efektif.
Bekas pemain City, Micah Richards, mencatat bahwa salah satu kelemahan utama City saat ini adalah kurangnya tekanan kolektif di lapangan.
"Saat Anda kehilangan gelandang terbaik di Eropa seperti Rodri, beban pada tim akan meningkat. Mereka terlalu mudah ditembus saat ini," kata Richards.
Baca Juga: Ruben Amorim Temukan Racikan Jitu Tangani Masalah di Skuat Manchester United
Tantangan Berikutnya di Liga Premier dan Jadwal Padat
Setelah jeda internasional, City akan dihadapkan dengan jadwal yang padat, menghadapi tim-tim kuat seperti Tottenham, Liverpool, Nottingham Forest, Crystal Palace, Manchester United, dan Aston Villa sebelum Natal.
Jadwal yang padat ini menjadi ujian nyata bagi ketangguhan dan kedalaman skuad City.
Kehadiran pemain-pemain kunci dalam kondisi fit dan strategi adaptasi dari Guardiola akan sangat menentukan apakah City dapat bangkit dan kembali mendominasi Liga Premier atau harus rela menyerahkan gelar kepada pesaing mereka musim ini.