kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,44   -4,07   -0.44%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perbedaan ideologi AS dan China kian tajam, Beijing merapat ke Moskow


Selasa, 28 Juli 2020 / 21:38 WIB
Perbedaan ideologi AS dan China kian tajam, Beijing merapat ke Moskow
ILUSTRASI. Russian President Vladimir Putin meets with his Chinese counterpart Xi Jinping at the Kremlin in Moscow, Russia, June 5, 2019. REUTERS/Evgenia Novozhenina/Pool


Sumber: South China Morning Post | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  MOSKOW. China dan Rusia semakin mesra di tengah hubungan yang memburuk dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Kedua negara bergabung dalam perang informasi ketika meningkatnya perbedaan ideologi dengan AS.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying mengatakan, AS dan sekutunya telah menyebarkan disinfomasi karena bias ideologis dan kebutuhan politik yang menjadikan China dan Rusia merasa dirugikan.

"Mereka telah mendistorsi sejarah, menyerang sistem sosial negara lain dan jalur pembangunan, mempolitisasi pandemi, menyematkan label pada virus dan membatasi serta menindas media asing untuk melakukan pekerjaan mereka," ujar Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataannya seperti dilansir South China Morning Post, Selasa (28/7).

Baca Juga: India perkuat militer di perbatasan dekat China, ada apa lagi?

Pernyataan tersebut, yang dibuat pada hari Jumat, muncul ketika konfrontasi antara China dan AS terus berkobar di berbagai bidang, dari penanganan awal Beijing terhadap wabah Covid-19 hingga pengenalan hukum keamanan nasional di Hong Kong.

Dalam langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak dimulainya hubungan diplomatik resmi pada 1979, Beijing memerintahkan AS untuk menutup konsulat di Chengdu pada hari Jumat sebagai balasan atas keputusan Washington untuk menutup konsulatnya di Houston di mana seorang pejabat AS dituduh sebagai pusat penelitian pencurian oleh militer Tiongkok di AS.

Pada Senin pagi, para pejabat China mengambil alih gedung konsulat Chengdu setelah staf diplomatik AS meninggalkan konsulat itu. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa perpecahan antara dua ekonomi terbesar dunia mungkin terlalu dalam untuk diperbaiki.

Baca Juga: Posisi Bill Gates sebagai orang terkaya kedua dunia kian kokoh

Dalam kritik terselubung terhadap AS, Hua Chunying, yang juga direktur departemen pers kementerian luar negeri China, dan timpalannya dari Rusia, Maria Zakharova mengatakan, negara-negara tertentu telah menyebarkan disinformasi karena bias ideologis dan kebutuhan politik.

Selama konferensi video pada hari Jumat, Hua dan Zakharova mengatakan negara-negara lain harus bergabung dengan upaya mereka untuk menolak disinformasi.

"Negara-negara seharusnya tidak mengadopsi standar ganda, mencampuri urusan dalam negeri orang lain atau tuduhan tanpa dasar yang sama pada sistem politik negara lain, jalur pembangunan dan pemerintahan negara berdasarkan ideologi dan prasangka politik," kata mereka, menurut kementerian luar negeri China.

Baca Juga: Tentara Israel dan Hezbollah kontak senjata di perbatasan

Pemerintahan Trump telah meningkatkan ofensifnya terhadap China dalam beberapa pekan terakhir, yang beberapa orang katakan adalah bagian dari kampanye pemilihannya kembali di bawah bayang-bayang pandemi Covid-19 di mana lebih dari 4,4 juta orang di AS telah terinfeksi

Dalam pidatonya baru-baru ini, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo meminta negara-negara bebas untuk menang atas ancaman dari apa yang ia katakan adalah tirani baru dari China.

Beijing mengatakan pernyataan provokatif Pompeo adalah bagian dari biasnya dan bahwa Partai Komunis tujuan China bukan untuk menggantikan AS.

Baca Juga: Iran memindahkan kapal induk tiruan USS Nimitz milik AS ke Selat Hormuz




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×