Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - MOSKOW/BEIJING. Presiden Rusia, Vladimir Putin, akan bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping, di Beijing minggu ini dalam rangka memperkuat hubungan antara kedua negara, yang keduanya dianggap oleh Amerika Serikat sebagai pesaing dan ancaman strategis.
Putin akan menghadiri Forum Belt and Road di Beijing pada 17-18 Oktober. Ini merupakan kunjungan pertamanya ke luar bekas Uni Soviet sejak Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag mengeluarkan surat perintah kepadanya pada bulan Maret terkait dengan deportasi anak-anak dari Ukraina.
Pada Februari 2022, saat kunjungan Putin ke Beijing, China dan Rusia mengumumkan kemitraan “tanpa batas”. Tak lama setelah itu, Putin mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina, memicu perang darat terdahsyat di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Baca Juga: Vladimir Putin: Rusia Memiliki Segalanya Untuk Jadi Negara yang Lebih Kuat
Presiden AS, Joe Biden, menilai bahwa abad ini akan ditandai oleh persaingan antara negara demokrasi dan otoriter. Biden telah menyebut Xi sebagai "diktator" dan mengkritik Putin. Sebagai respons, Beijing dan Moskow mengecam pernyataan Biden.
Dalam konteks hubungan internasional, China, dengan ekonomi senilai US$ 18 triliun, harus menimbang hubungan eratnya dengan Rusia dengan ketergantungannya pada ekonomi Amerika Serikat yang bernilai US$ 27 triliun.
Amerika Serikat telah memperingatkan China agar tidak mendukung Rusia, yang ekonominya bernilai US$ 2 triliun, dalam konflik dengan Ukraina.
Alexander Gabuev dari Carnegie Russia Eurasia Center menyatakan bahwa situasi konflik di Ukraina membatasi kemungkinan kesepakatan besar antara China dan Rusia. Walaupun Putin diberi status tamu kehormatan, kerja sama militer dan nuklir akan menjadi topik diskusi. Namun, Tiongkok mungkin enggan menandatangani kesepakatan besar di depan umum yang dapat memberikan dukungan finansial tambahan kepada Rusia.
Baca Juga: Kim Jong Un Kirim Surat ke Xi Jinping, Isinya Bikin Penasaran
Kerjasama antara kedua negara semakin kompleks dengan ketidakpastian mengenai Menteri Pertahanan China, Li Shangfu, yang belum muncul di depan publik selama lebih dari enam minggu.
Pimpinan perusahaan energi Rusia, Gazprom dan Rosneft, Alexei Miller dan Igor Sechin, diharapkan bergabung dalam kunjungan Putin.
Rusia berharap untuk meningkatkan penjualan gas alam ke China dengan rencana pembangunan pipa Power of Siberia-2 yang akan melewati Mongolia dengan kapasitas tahunan 50 miliar meter kubik. Namun, masih belum diketahui kesepakatan detail terkait proyek tersebut.