Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - OTTAWA. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, diperkirakan akan mengumumkan niatnya untuk mengundurkan diri, meskipun ia belum membuat keputusan akhir, menurut seorang sumber yang mengetahui pemikirannya pada Minggu (5/1).
Sumber tersebut memberikan informasi kepada Reuters setelah Globe and Mail melaporkan bahwa Trudeau kemungkinan besar akan mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Senin, setelah memimpin Partai Liberal selama sembilan tahun.
Sumber yang tidak ingin disebutkan namanya itu menjelaskan bahwa Trudeau diperkirakan akan mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Liberal yang berkuasa, meskipun belum ada kepastian mengenai waktu pengumuman tersebut.
Baca Juga: Elon Musk Prediksi Justin Trudeau Lengser pada Pemilu Kanada Mendatang
Sumber ini meminta agar identitasnya dirahasiakan karena tidak berwenang untuk berbicara di depan umum.
Pengunduran diri Trudeau akan menyebabkan Partai Liberal kehilangan pemimpin tetap, sementara survei menunjukkan bahwa partai tersebut akan mengalami kekalahan telak dari Partai Konservatif pada pemilu yang dijadwalkan pada akhir Oktober.
Sumber tersebut mengatakan kepada Globe and Mail bahwa mereka tidak mengetahui pasti kapan Trudeau akan mengumumkan pengunduran dirinya, tetapi berharap hal itu terjadi sebelum pertemuan darurat anggota legislatif Partai Liberal yang dijadwalkan pada hari Rabu.
Banyak anggota parlemen Liberal, yang khawatir dengan hasil jajak pendapat yang kurang baik, telah secara terbuka mendesak Trudeau untuk mengundurkan diri. Kantor Perdana Menteri belum memberikan komentar terkait hal ini di luar jam kerja biasa.
Baca Juga: PPPK Tak Harus Undur Diri, Cek Formasi CPNS 2024 & Cara Buat Akun Sscasn.bkn.go.id
Berdasarkan jadwal yang dipublikasikan, Trudeau dijadwalkan untuk mengikuti rapat komite kabinet tentang hubungan Kanada-AS secara virtual pada hari Senin. Namun, belum ada kepastian apakah ia akan segera mengundurkan diri atau tetap menjabat sampai pemimpin Partai Liberal yang baru terpilih.
Peningkatan Seruan Untuk Pengunduran Diri
Trudeau menjadi pemimpin Partai Liberal pada tahun 2013, ketika partai tersebut mengalami krisis dan berada di posisi ketiga di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk pertama kalinya.
Jika ia benar-benar mengundurkan diri, hal itu kemungkinan besar akan memicu seruan untuk diadakannya pemilihan umum cepat guna membentuk pemerintahan yang lebih stabil, terutama dalam menghadapi pemerintahan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, selama empat tahun ke depan.
Baca Juga: Krisis Politik Prancis Memuncak, Perdana Menteri Michel Barnier Mengundurkan Diri
Trudeau diketahui telah berdiskusi dengan Menteri Keuangan Dominic LeBlanc mengenai kemungkinan dirinya untuk turun tangan sebagai pemimpin sementara dan perdana menteri, meskipun hal tersebut hanya akan berhasil jika LeBlanc tidak berencana untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin.
Pada usia 53 tahun, Trudeau berhasil mengatasi kekhawatiran banyak legislator Liberal terkait hasil jajak pendapat yang buruk dan hilangnya sejumlah kursi aman pada dua pemilihan khusus sebelumnya.
Namun, desakan untuk mundur semakin menguat sejak Desember lalu, ketika Trudeau berusaha menurunkan jabatan Menteri Keuangan Chrystia Freeland, salah satu sekutu terdekatnya, setelah Freeland menolak usulan Trudeau untuk meningkatkan pengeluaran pemerintah.
Baca Juga: Mahkamah Konstitusi Thailand Pecat Perdana Menteri Srettha Thavisin
Freeland kemudian mengundurkan diri dan mengungkapkan melalui surat bahwa tindakan Trudeau merupakan tipu muslihat politik yang mengabaikan kepentingan negara.
Trudeau mengantarkan Partai Liberal ke kekuasaan pada 2015 dengan janji-janji progresif, termasuk mempromosikan hak-hak perempuan dan berjuang melawan perubahan iklim.
Namun, tantangan dalam menjalankan pemerintahan, ditambah dengan kebutuhan untuk menangani dampak pandemi, membuatnya semakin lelah. Meskipun pemerintahannya mengeluarkan banyak dana untuk melindungi konsumen dan bisnis, yang berujung pada defisit anggaran besar, hal ini tidak cukup untuk meredakan kemarahan publik akibat melonjaknya harga-harga.
Baca Juga: Putri Bungsu Thaksin, Paetongtarn Shinawatra Menjadi Perdana Menteri Termuda Thailand
Selain itu, kebijakan imigrasi yang gagal menyebabkan lonjakan kedatangan imigran, yang pada gilirannya menambah beban pada pasar perumahan yang sudah terlalu panas.