kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   16.000   0,85%
  • USD/IDR 16.220   -29,00   -0,18%
  • IDX 6.915   -12,32   -0,18%
  • KOMPAS100 1.007   -0,64   -0,06%
  • LQ45 771   -2,07   -0,27%
  • ISSI 227   0,47   0,21%
  • IDX30 397   -1,97   -0,49%
  • IDXHIDIV20 459   -2,95   -0,64%
  • IDX80 113   -0,11   -0,10%
  • IDXV30 114   -0,70   -0,61%
  • IDXQ30 128   -0,64   -0,49%

Peretas Pro-Iran Ancam Sebar Email Orang Dekat di Lingkaran Donald Trump


Selasa, 01 Juli 2025 / 11:26 WIB
Peretas Pro-Iran Ancam Sebar Email Orang Dekat di Lingkaran Donald Trump
ILUSTRASI. A binary code displayed on a laptop screen and reflected in sunglasses are seen in this illustration photo taken in Poland on June 28, 2024. (Photo by Jakub Porzycki/NurPhoto)


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – WASHINGTON. Kelompok peretas yang dikaitkan dengan Iran kembali mengancam akan membocorkan lebih banyak email yang mereka curi dari lingkaran Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Ancaman ini muncul setelah sebelumnya mereka menyebarkan sebagian email menjelang pemilu AS 2024.

Baca Juga: Fatwa Iran: Bunuh Trump Jika Dia Mengancam Ayatollah

Dalam percakapan daring dengan Reuters pada Minggu dan Senin (30/6), kelompok peretas yang menggunakan nama samaran “Robert” mengklaim memiliki sekitar 100 gigabyte data email yang berasal dari akun-akun milik Kepala Staf Gedung Putih Susie Wiles, pengacara Trump Lindsey Halligan, penasihat politik Roger Stone, hingga mantan bintang film dewasa sekaligus penentang Trump, Stormy Daniels.

Robert menyatakan kemungkinan akan menjual data tersebut, meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut. Kelompok ini juga tidak membeberkan isi spesifik dari email yang mereka curi.

Jaksa Agung AS, Pam Bondi, menyebut aksi ini sebagai “serangan siber yang tidak bermoral.” Sementara itu, Gedung Putih dan FBI mengeluarkan pernyataan tegas.

Direktur FBI Kash Patel menegaskan bahwa siapa pun yang terlibat dalam pelanggaran keamanan nasional akan diusut dan diadili seberat-beratnya.

Hingga berita ini diturunkan, Halligan, Stone, perwakilan Daniels, dan lembaga keamanan siber AS (CISA) belum memberikan tanggapan.

Baca Juga: Iran Perketat Regulasi Kripto Pasca Serangan Siber Pro-Israel

Misi diplomatik Iran untuk PBB juga belum menanggapi permintaan konfirmasi. Iran sendiri selama ini kerap membantah tudingan terlibat dalam aksi spionase siber.

Kelompok Robert pertama kali muncul pada bulan-bulan terakhir kampanye Pilpres AS 2024.

Mereka mengklaim berhasil membobol sejumlah akun email tokoh penting dalam tim Trump, termasuk Susie Wiles, dan kemudian membocorkan isi email kepada sejumlah jurnalis.

Reuters telah memverifikasi sebagian isi dari dokumen bocoran tersebut, termasuk email yang diduga mencantumkan pengaturan finansial antara Trump dan tim pengacara Robert F. Kennedy Jr., yang kini menjabat Menteri Kesehatan.

Bocoran lainnya juga mencakup komunikasi kampanye dan pembahasan negosiasi penyelesaian dengan Stormy Daniels.

Meski sempat mencuat, dokumen-dokumen bocoran tersebut tidak mengubah arah pemilu, yang akhirnya dimenangkan oleh Trump.

Departemen Kehakiman AS dalam dakwaan pada September 2024 menyebut Garda Revolusi Iran berada di balik operasi siber kelompok Robert.

Baca Juga: Iran Larang Starlink! Pengguna Terancam Denda, Cambuk hingga Penjara

Namun, dalam wawancara dengan Reuters, peretas menolak berkomentar soal tudingan tersebut.

Setelah kemenangan Trump, kelompok Robert sempat menyatakan tidak akan melakukan kebocoran lanjutan. Bahkan pada Mei lalu, mereka menyebut diri telah “pensiun.”

Namun, kelompok ini kembali muncul setelah konflik bersenjata 12 hari antara Iran dan Israel, yang ditutup dengan serangan udara AS ke fasilitas nuklir Iran.

Dalam pesan terbaru mereka kepada Reuters, Robert menyebut sedang mengorganisasi penjualan email curian dan meminta media untuk membantu “menyiarkan masalah ini.”

Peneliti dari American Enterprise Institute, Frederick Kagan, menilai bahwa aksi ini kemungkinan besar merupakan bentuk balas dendam Iran yang ingin menghindari reaksi militer tambahan dari AS maupun Israel.

Baca Juga: Iran Resmi Larang Starlink! Pengguna Terancam Denda, Cambuk, dan Penjara

“Penjelasan paling masuk akal adalah semua unit operasi siber diperintahkan untuk menggunakan semua instrumen asimetris yang tidak akan memicu serangan ulang. Membocorkan email kemungkinan tidak cukup provokatif untuk itu,” ujar Kagan.

Meski kekhawatiran terhadap potensi sabotase digital oleh Iran sempat meningkat selama konflik, aktivitas kelompok peretas Iran relatif rendah.

Namun, pejabat siber AS tetap mewaspadai kemungkinan serangan terhadap perusahaan dan infrastruktur penting Amerika.

Selanjutnya: Ukuran Download Persona 5 X SEA, Simak juga Spesifikasi PC, Android, dan iOS

Menarik Dibaca: Simak Ramalan Zodiak Keuangan dan Karier Besok, Rabu 2 Juli 2025




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×