Sumber: Sputnik News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Negara pemilik senjata nuklir lain, seperti Inggris, baru saja meninjau kebijakan keamanannya pada Maret 2021 dan membalikkan kebijakan sebelumnya untuk mengurangi persenjataan nuklir negara. Hasilnya, Inggris berencana menaikkan batas jumlah senjata nuklir dari 180 menjadi 260.
China terbilang cukup stabil di tengah-tengah modernisasi yang signifikan dan perluasan persediaan senjata nuklirnya. Sementara India dan Pakistan juga tampaknya memperluas persenjataan nuklir mereka, SIPRI mengungkapkan.
Korea Utara yang kerap menjadi sorotan juga diprediksi akan tetap melanjutkan program nuklirnya, meskipun desakan denuklirisasi terus datang dari negara-negara Barat yang dimotori AS.
Sembilan negara pemilik senjata nuklir, yakni AS, Rusia, Inggris, Prancis, Cina, India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara diperkirakan memiliki 13.080 hulu ledak di awal 2021. Jumlahnya turun dari 13.400 di awal 2020 karena banyak senjata nuklir lama yang telah dibongkar.
Baca Juga: AS tuding China menolak pembicaraan senjata nuklir
Potensi penggunaan senjata nuklir dalam perang meningkat
Peningkatan jumlah senjata nuklir global praktis turut meningkatkan potensi penggunaannya dalam konflik bahkan perang berskala besar di masa depan.
Hal ini juga menjadi salah satu kekhawatiran SIPRI, mengingat beragam bibit konflik mulai terlihat di berbagai belahan dunia. Laut China Selatan, Timur Tengah, hingga Laut Baltik jadi beberapa titik paling rawan saat ini.
"Kami percaya bahwa risiko, probabilitas meningkat. Ketika mereka (negara) memodernisasi kekuatan mereka, mereka juga lebih menekankan pada senjata nuklir dalam strategi militer mereka," ungkap Kristensen.
Di sisi lain, Kristensen bersama SIPRI meyakinkan, situasi keamanan global saat ini tidak setegang era Perang Dingin dahulu, meskipun tanda-tanda perlombaan senjata semakin mudah dilihat.