kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pertama kali dalam sejarah, dua wanita menyabet Nobel Kimia


Rabu, 07 Oktober 2020 / 21:07 WIB
Pertama kali dalam sejarah, dua wanita menyabet Nobel Kimia
ILUSTRASI. Pemenang Nobel Kimia 2020. Foto: Twitter?The Nobel Prize


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - STOCKHOLM. Penghargaan Nobel Kimia 2020 jatuh kepada Emmanuelle Charpentier dari Prancis dan Jennifer A. Doudna asal Amerika Serikat (AS). Ini pertama kalinya dalam sejarah, dua wanita menyabet Nobel Kimia.

Menurut Komite Nobel Kimia Royal Swedish Academy of Sciences, pemberian Nobel Kimia 2020 kepada Charpentier dan Doudna untuk pengembangan metode genome editing atau mengubah DNA suatu organisme.

"Emmanuelle Charpentier dan Jennifer A. Doudna telah menemukan salah satu alat paling tajam dari teknologi gen: gunting genetik CRISPR/Cas9," kata Komite Nobel Kimia, Rabu (7/10), seperti dikutip TASS.  

Dengan menggunakan metode tersebut, Komite Nobel Kimia dalam pernyataannya mengatakan, para peneliti dapat mengubah DNA hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme dengan presisi yang sangat tinggi. 

Baca Juga: Nobel Fisika 2020 jatuh kepada tiga peneliti lubang hitam

"Teknologi ini memiliki dampak yang revolusioner pada ilmu kehidupan, berkontribusi pada terapi kanker baru dan dapat membuat impian menyembuhkan penyakit bawaan menjadi kenyataan," sebut Komite Nobel Kimia.

Komite Nobel Kimia menambahakan, "gunting genetika" tersebut memungkinkan "untuk mengubah kode kehidupan hanya dalam beberapa minggu saja".

Misalnya, CRISPR/Cas9 dapat digunakan untuk menghilangkan AIDS/HIV dari sel manusia, untuk pengobatan diabetes, dan skizofrenia.

"Ada kekuatan luar biasa dalam alat genetika ini, yang memengaruhi kita semua. Alat ini tidak hanya merevolusi ilmu pengetahuan dasar, tetapi juga menghasilkan tanaman yang inovatif dan akan mengarah pada terobosan perawatan medis baru," kata Claes Gustafsson, Ketua Komite Nobel Kimia.

Selanjutnya: Selamat, tiga penemu Hepatitis C sabet Nobel Kedokteran 2020


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×