kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.260.000   -26.000   -1,14%
  • USD/IDR 16.735   13,00   0,08%
  • IDX 8.319   76,61   0,93%
  • KOMPAS100 1.160   10,25   0,89%
  • LQ45 847   5,05   0,60%
  • ISSI 287   1,55   0,54%
  • IDX30 445   4,14   0,94%
  • IDXHIDIV20 511   0,49   0,10%
  • IDX80 130   1,17   0,90%
  • IDXV30 136   0,08   0,06%
  • IDXQ30 142   0,93   0,66%

Senator Republik Tolak Desakan Trump Hapus Filibuster untuk Akhiri Shutdown


Kamis, 06 November 2025 / 05:52 WIB
Diperbarui Kamis, 06 November 2025 / 05:55 WIB
Senator Republik Tolak Desakan Trump Hapus Filibuster untuk Akhiri Shutdown
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump berbicara dalam pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung (tidak terlihat) di sela-sela KTT para pemimpin Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Gyeongju, Korea Selatan, 29 Oktober 2025. REUTERS/Evelyn Hockstein


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Upaya Presiden Donald Trump untuk mengakhiri penutupan pemerintahan terpanjang dalam sejarah Amerika Serikat kembali menemui jalan buntu.

Mayoritas senator dari Partai Republik menolak desakan Trump untuk menghapus aturan filibuster, mekanisme yang selama ini menjadi ciri khas lembaga tinggi tersebut.

Pada hari ke-36 penutupan pemerintahan, Trump menjamu para senator Republik dalam pertemuan sarapan di Gedung Putih. Dalam kesempatan itu, ia mendesak mereka untuk “mengakhiri filibuster” agar Kongres dapat segera meloloskan rancangan undang-undang pendanaan pemerintah hingga 21 November dan melanjutkan agenda politiknya, termasuk reformasi pemilu yang mengatur identitas pemilih dan larangan surat suara melalui pos.

Baca Juga: Trump Tambah Panas Situasi, Shutdown Pemerintah AS Tinggal Hitungan Jam

“Kita harus membuka negara ini. Dan caranya adalah dengan mengakhiri filibuster sore ini. Sudah waktunya,” kata Trump di hadapan para senator.

Namun begitu kembali ke Capitol Hill, sejumlah senator Republik dengan tegas menolak gagasan tersebut. Mereka menilai filibuster—yang mensyaratkan minimal 60 dari 100 suara untuk meloloskan sebagian besar rancangan undang-undang—merupakan elemen penting untuk menjaga keseimbangan dan kerja sama lintas partai.

“Saya tahu perhitungannya, dan itu tidak akan terjadi,” tegas Pemimpin Mayoritas Senat John Thune.

Penolakan ini menjadi salah satu langkah langka di mana Partai Republik di Kongres menentang secara terbuka keinginan Trump. Selama ini, mereka cenderung mendukung kebijakan presiden, bahkan ketika Trump memperluas kekuasaan eksekutif dalam urusan perdagangan dan pengeluaran negara.

Baca Juga: Trump Pimpin Pertemuan Gedung Putih soal Gaza, AS Targetkan Konflik Selesai Tahun Ini

Langkah tersebut juga menambah daftar tantangan politik Trump dalam minggu yang sulit. Popularitasnya menurun, Partai Demokrat memenangkan pemilu sela di beberapa negara bagian, dan Mahkamah Agung yang didominasi konservatif menunjukkan keraguan terhadap kebijakan tarifnya.

Upaya untuk mengakhiri penutupan pemerintahan pun terus gagal. Hingga Selasa, Senat sudah 14 kali tidak berhasil meloloskan rancangan pendanaan. Demokrat menuntut adanya perpanjangan kredit pajak untuk membantu warga berpenghasilan rendah membayar asuransi kesehatan melalui *Affordable Care Act*.

Dengan 53 kursi di Senat, Partai Republik membutuhkan setidaknya delapan suara dari Demokrat untuk memenuhi ambang batas filibuster. Namun sejauh ini, hanya dua Demokrat dan satu senator independen yang mendukung rancangan tersebut.

Meski demikian, beberapa senator konservatif mengaku bersedia mengikuti dorongan Trump. “Mari kita jangan bodoh. Begitu Demokrat mendapat mayoritas, mereka akan menghapus filibuster. Jadi sebaiknya kita lakukan duluan,” kata Senator Ron Johnson dari Wisconsin.

Baca Juga: Pengadilan Banding AS Tolak Upaya Trump Copot Gubernur The Fed Lisa Cook

Senator Josh Hawley dari Missouri juga menyatakan siap mempertimbangkan opsi itu jika berarti membuka kembali pemerintahan dan membantu rakyatnya. “Kalau saya harus memilih antara aturan kuno Senat atau memastikan warga negara bagian saya bisa makan, saya pilih rakyat saya,” ujarnya.

Namun mayoritas senator Republik justru berpendapat sebaliknya. Mereka menilai menghapus filibuster akan menghancurkan peran Senat sebagai lembaga yang mendorong kompromi bipartisan.

“Saya tidak akan pernah mendukung penghapusan filibuster,” tegas Senator Thom Tillis dari North Carolina, yang sebelumnya berselisih dengan Trump soal kebijakan kesehatan. Senator James Lankford menambahkan, “Kita perlu mempertahankan ruang di pemerintahan di mana kedua pihak dipaksa untuk berbicara. Itu baik untuk masa depan negara.”

Senator Mike Rounds menilai Trump memang benar menyoroti kebutuhan untuk bertindak, tetapi penyelesaian jangka panjang hanya bisa dicapai lewat dialog dua arah.

“Presiden punya maksud baik, tapi sekarang waktunya Demokrat kembali ke meja perundingan,” katanya.

Baca Juga: Trump Membatalkan Dana Federal US$ 4,9 miliar yang Telah Disetujui Kongres

Dengan sikap keras dari partainya sendiri, langkah Trump untuk menghapus filibuster tampak mustahil. Sementara itu, jutaan pegawai federal dan warga Amerika masih menunggu tanda-tanda kapan kebuntuan politik ini akan berakhir.

Selanjutnya: Harga Minyak Dunia Merosot, Kekhawatiran Kelebihan Pasokan Tekan Pasar Global

Menarik Dibaca: WhatsApp Rilis Fitur Baru Batasi Chat Demi Tekan Spam Bikin Chatting Lebih Nyaman




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×