Sumber: The Moscow Times,The Moscow Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Bank Sentral Rusia untuk pertama kalinya mulai menjual emas fisik dari cadangannya sebagai bagian dari operasi Kementerian Keuangan untuk membiayai anggaran negara.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kementerian Keuangan Rusia pada Rabu (19/11/2025).
Mengutip The Moscow Times, langkah ini mencerminkan transaksi sebelumnya yang melibatkan emas dari National Wealth Fund (NWF), yang sebelumnya sebagian besar hanya bersifat administratif. Dalam skema sebelumnya, pemerintah menjual emas ke Bank Sentral, tetapi fisik emasnya tetap tersimpan dalam cadangan negara.
Saat ini, cadangan emas Rusia mencapai lebih dari 2.300 ton—menjadikannya cadangan emas terbesar kelima di dunia.
“Dengan meningkatnya likuiditas pasar emas domestik dalam beberapa tahun terakhir, Bank Sentral Rusia kini melakukan operasi yang setara di pasar domestik tidak hanya melalui transaksi yuan, tetapi juga sebagian melalui emas,” kata seorang juru bicara Bank Sentral kepada Interfax.
Bank tersebut tidak mengungkapkan kapan atau berapa besar volume penjualan dilakukan.
Sebelum invasi besar-besaran ke Ukraina, NWF menyimpan 405,7 ton emas.
Baca Juga: Damai atau Menyerah? Ukraina Diberi Ultimatum Trump–Putin
Sejak itu, Kementerian Keuangan telah menjual 57% atau 232,6 ton untuk menutup defisit anggaran, menyisakan 173,1 ton per 1 November.
Secara keseluruhan, aset likuid NWF termasuk emas dan yuan telah turun 55% menjadi 51,6 miliar dolar AS.
Para ekonom mengatakan penjualan emas ini membantu Bank Sentral memasok mata uang ke pasar untuk menopang nilai rubel sekaligus mengurangi tekanan terhadap cadangan yuan.
“Penggunaan emas membantu menyebarkan tekanan di berbagai pasar dan menjaga diversifikasi cadangan,” ujar Vladimir Chernov, analis di Freedom Finance Global.
Tonton: Provokasi Trump Bikin Rusia Rencanakan Uji Coba Senjata Nuklir
Kesimpulan
Bank Sentral Rusia kini mulai menjual emas fisik dari cadangan nasional sebagai strategi pembiayaan anggaran negara yang tertekan perang dan sanksi internasional. Penjualan ini juga digunakan sebagai instrumen stabilisasi nilai tukar rubel dan untuk mengurangi ketergantungan pada yuan. Namun, langkah tersebut menunjukkan tekanan signifikan terhadap keuangan pemerintah, terlihat dari menurunnya aset likuid National Wealth Fund hingga lebih dari separuh sejak perang dimulai.













