kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pertemuan bank sentral, kunci pasar Asia pekan ini


Senin, 06 Oktober 2014 / 07:05 WIB
Pertemuan bank sentral, kunci pasar Asia pekan ini
ILUSTRASI. Film The Lost Lotteries, salah satu film komedi penuh aksi kocak dari Thailand yang bisa ditonton saat liburan di Netflix.


Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

TOKYO. Setidaknya, ada tiga bank sentral yang akan menjadi kunci utama pada pekan ini di kawasan Asia Pasifik.

Pada Selasa (7/10), Bank of Japan (BOJ), Reserve Bank of Australia (RBA) dan Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakannya.

BOJ

Berdasarkan konsensus analis, kebijakan BOJ tidak akan mengalami perubahan. Namun, bank sentral dapat memperdebatkan target inflasi data sebesar 2% dengan mempertimbangkan data ekonomi yang baru dirilis beberapa waktu terakhir. Pada Agustus lalu, inflasi inti Jepang naik 1,1% dibanding tahun sebelumnya. Lebih rendah dari inflasi inti bulan Juli yang berada di level 1,3%.

"Ada spekulasi bahwa BOJ akan menekankan waktu yang lebih fleksibel untuk mencapai target inflasi 2%. Ini artinya, akan ada pelonggaran kebijakan dalam waktu dekat," jelas Greg Gibbs, senior currency strategist RBS.

Pertemuan pada pekan ini juga akan membicarakan mengenai review tingkat suku bunga acuan pada akhir Oktober.

RBA

Bank sentral Australia diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuannya. Apalagi mengingat Gubernur Bank Sentral Glenn Stevens juga harus menghadapi potensi market bubble pada sektor properti. Dalam Financial Stability Review yang dirilis dua pekan lalu, RBA mengatakan akan mengambil memperketat kebijakan pinjaman bank untuk mendinginkan sektor properti setelah  melihat tingginya pertumbuhan kredit perumahan.

"RBA hanya tampak happy di sebagian sisi karena sektor yang sensitif terhadap suku bunga hanya tumbuh tipis. Ketatnya kompetisi kredit akan mendorong dikeluarkannya stimulus moneter tambahan. Normalisasi suku bunga tidak akan dipertimbangkan hingga pasar tenaga kerja menunjukkan perbaikan yang stabil," jelas ekonom Moody's Analytics dalam hasil risetnya.

BI

Bank Indonesia (BI) juga diramal akan mempertahankan kebijakan suku bunganya seiring lemahnya data ekonomi Indonesia. Seperti yang diketahui, neraca perdagangan Agustus kembali defisit setelah mencatatkan surplus pada Juli.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×