Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Handoyo .
“Kita smeua tengah berada di likungan yang berisiko, dan ini menciptakan gelombang IPO. Belum dapat dipastikan kapan ini akan terus berlanjut, namun selama itu pula perusahaan akan terus melantai di bursa,” ujar HEad of Global Equity and Debt Capital Markets Credit Suisse Group DAvid Hermer.
Sementara itu sejumlah analis lain menilai perusahaan akan lebih banyak menempuh aksi direct listing alih-alih IPO tradisional. Terlebih beberapa tahun lalu metode ini mulai marak digunakan seperti yang dilakukan Palantir Technologies, dan Asana Inc.
Direct listing memungkinkan perusahaan bisa menjual langsung sahamnya kepada investor tanpa melalui underwriter. Namun tak seperti IPO, via direct listing perusahaan tidak bisa berupaya meningkatkan modal.
Meskipun sebenarnya Komisi US Securities and Exchange Commision bulan lalu telah memungkinkan penghimpunan modal dari perusahaan yang direct listing. Namun mekanisme ini belum diuji. “Ada kemungkinkan kita bisa melihat melihat lebih banyak perusahaan melakukan direct listing tahun ini,” ungkap Co-Head of Equity Capital Markets Morgan Stanlet Andrew Wetenhall.
Adapun selan direct listing mekanisme SPAC juga ditaksir bakal ramai ditempuh tahun ini. Tahun lalu via aksi IPO via SPAC berhasil mencatat rekor dengan menghimpun dana US$ 83,4 miliar.
Tren ini utamanya juga didorong sejmlah perusahaan yang menempuh cara serupa sebelumnya macam Virgin Galactic Holdings, DraftKings Inc, dan Quantumscape Corp. Tercatat ada 28 perusahaan yang melakukan IPO via SPAC pada minggu pertama tahun ini dan berhasil mengumpulkan US$ 6 miliar lebih.
“Lonjakan SPAC akan memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan tahun lalu. Mereka telah mengumpulkan banyak uang dalam beberapa tahun terakhir dan memulai tahun ini dengan perusahaan kosong untuk dijadikan perusahaan publik,” ujar Snior Analyst Renaissance Capital Matthew Kennedy.