Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setidaknya delapan perusahaan tengah menyiapkan aksi melantai di bursa saham dalam tiga hari ke depan dengan target perndanaan total US$ 5 miliar. Ini bisa menjadi minggu terpadat Wall Street dalam lima tahun terakhir.
Para perusahaan ini dinilai mengambil kesempatan saat pasar mulai pulih dari pandemi. Apalagi Wall Street selama dua dekade terakhir juga telah menjadi bursa saham paling kuat di dunia. Tahun lalu ada 203 perusahaan IPO dan berhasil menghimpun dana US$ 83 miliar.
Adapun para calon perusahaan IPO tersebut adalah perusahaan Tekfin Affirm Holdings Inc, pengembang gim Playtika Holding Corp, perusahaan hewan peliharaan Petco Health, pasar fesyen daring Poshmark Inc, pengelola jaringan Winn-Dixie yaitu Southeastern Grocers Inc, situs gim Roblox Corp, dan aplikasi pengantaran Instacart.
“Tak akan ada yang mau melewatkan kesempatan setalah rekor tahun lalu. Minggu ini akan menjadi awal bulan yang sangat sibuk,” ujar Co-Head of Equity Capital Market Morgan Stanley Eddie Molloy dilansir Reuters, Selasa (12/1).
Baca Juga: China minta media lokal sensor pemberitaan soal Alibaba, ada apa?
Aksi melantai di bursa juga diprediksi bakal kebanjiran peminat. Mengingat dua perusahaan bioteknologi yang IPO minggu lalu Cullinan Oncology LLC, dan Gracell BIotechnologies berhasil meraih harga penawaran yang jauh melampaui targetnya. Senin (11/1) kemarin Affirm juga mengonfirmasi bakal mengerk harga penawarannya akibat permintaan yang tinggi dari investor.
Adapun melansir riset dari analis IPO dari Universitas Florida Jay Ritter saat indeks harga saham terus mencetak rekor, para perusahaan yang IPO biasa mematok harga cukup tinggi. Tahun lalu rata-rata harga penawaran berada pada rasio 38,5. Tertinggi sejak era dotcom pada 2000-an
Meski demikian, sejumlah bankir mengaku masih belum memprediksi adanya potensi lonjakan IPO. Mereka menilai tingginya animo investor untuk bernvestasi ke instrumen yang lebih berisiko seperti saham diakibatkan karena masih rendahnya bunga acuan bank sentral.
“Kita smeua tengah berada di likungan yang berisiko, dan ini menciptakan gelombang IPO. Belum dapat dipastikan kapan ini akan terus berlanjut, namun selama itu pula perusahaan akan terus melantai di bursa,” ujar HEad of Global Equity and Debt Capital Markets Credit Suisse Group DAvid Hermer.
Sementara itu sejumlah analis lain menilai perusahaan akan lebih banyak menempuh aksi direct listing alih-alih IPO tradisional. Terlebih beberapa tahun lalu metode ini mulai marak digunakan seperti yang dilakukan Palantir Technologies, dan Asana Inc.
Direct listing memungkinkan perusahaan bisa menjual langsung sahamnya kepada investor tanpa melalui underwriter. Namun tak seperti IPO, via direct listing perusahaan tidak bisa berupaya meningkatkan modal.
Meskipun sebenarnya Komisi US Securities and Exchange Commision bulan lalu telah memungkinkan penghimpunan modal dari perusahaan yang direct listing. Namun mekanisme ini belum diuji. “Ada kemungkinkan kita bisa melihat melihat lebih banyak perusahaan melakukan direct listing tahun ini,” ungkap Co-Head of Equity Capital Markets Morgan Stanlet Andrew Wetenhall.
Adapun selan direct listing mekanisme SPAC juga ditaksir bakal ramai ditempuh tahun ini. Tahun lalu via aksi IPO via SPAC berhasil mencatat rekor dengan menghimpun dana US$ 83,4 miliar.
Tren ini utamanya juga didorong sejmlah perusahaan yang menempuh cara serupa sebelumnya macam Virgin Galactic Holdings, DraftKings Inc, dan Quantumscape Corp. Tercatat ada 28 perusahaan yang melakukan IPO via SPAC pada minggu pertama tahun ini dan berhasil mengumpulkan US$ 6 miliar lebih.
“Lonjakan SPAC akan memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan tahun lalu. Mereka telah mengumpulkan banyak uang dalam beberapa tahun terakhir dan memulai tahun ini dengan perusahaan kosong untuk dijadikan perusahaan publik,” ujar Snior Analyst Renaissance Capital Matthew Kennedy.