Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - LONDON. Uni Eropa (UE) harus melakukan reformasi mendasar atau berisiko kehilangan relevansinya di tengah persaingan sengit antara Amerika Serikat dan China, yang memicu era global baru dengan tantangan di bidang keamanan, energi, teknologi, dan perdagangan, demikian menurut laporan yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair dan CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon.
Berdasarkan wawancara dengan pemimpin pemerintahan, bisnis, dan masyarakat sipil, laporan ini menekankan bahwa perubahan struktural yang saling bertautan sedang membentuk kembali negara, pasar, dan institusi.
Perubahan ini menghadirkan risiko bagi negara dan kelompok yang sebelumnya mengandalkan AS untuk keamanan sekaligus meningkatkan hubungan dagang dengan China.
Baca Juga: Uni Eropa Manfaatkan Aset Rusia yang Dibekukan untuk Biayai Ukraina
“Jika UE tidak dapat berdiri sendiri menghadapi Rusia, maka akan semakin sulit untuk menghadapi persaingan sistemik dengan AS atau China. Reformasi bukan pilihan; itu diperlukan untuk tetap relevan,” tulis laporan tersebut.
UE Didorong Ambil Tanggung Jawab untuk Keamanan Sendiri
Ringkasan tegas ini muncul saat UE menyelenggarakan KTT membahas pendanaan untuk Ukraina dan merespons “landskap baru bagi hubungan ekonomi berbasis aturan”. Tekanan juga datang dari Presiden AS Donald Trump, termasuk melalui Strategi Keamanan Nasional baru.
Ketua Komisi UE, Ursula von der Leyen, menyatakan bahwa Eropa harus reformasi dan bertanggung jawab atas keamanan sendiri. Pendukung blok ini menyoroti bahwa meski pangsa UE dalam PDB global menurun, tren yang sama juga terjadi pada AS.
Tantangan bagi Negara Menengah dan Dinamika Dunia Baru
Laporan ini juga menyoroti tantangan bagi negara-negara menengah seperti India dan negara-negara Teluk di tengah dinamika baru geopolitik, kecerdasan buatan (AI), dan populisme politik yang mengubah tatanan dunia.
Baca Juga: China Pangkas Tajam Tarif Impor Daging Babi dari Uni Eropa
Alexander George, salah satu penulis laporan “World Rewired: Navigating a Multi-Speed, Multipolar Order”, menggambarkan situasi saat ini sebagai “papan catur 3D”.
“Kita benar-benar hidup di dunia baru yang sebelumnya tidak pernah ada,” ujarnya.
Laporan tersebut menekankan bahwa AS masih memiliki kekuatan bertahan lama, namun menghadapi ancaman terbesar di dalam negeri akibat volatilitas politik dan utang tinggi.
Sementara itu, keberlanjutan pertumbuhan China akan bergantung pada kemampuan mempertahankan pertumbuhan ekonomi meski menghadapi batasan demografi dan utang.
Baca Juga: Uni Eropa Melunak soal Larangan Mesin Bakar, Industri Otomotif Tekan Kebijakan Hijau
Contoh Dampak pada Strategi Negara Menengah
Laporan ini menyoroti pembatasan pendekatan multi-alignment melalui contoh tarif tinggi AS terhadap India sebagai balasan atas pembelian minyak Rusia, sementara langkah UAE memperkuat kerja sama teknologi dengan AS menunjukkan bahwa negara-negara kini harus memilih antara AS dan China dalam hal teknologi.
Laporan ini diproduksi oleh JPMorgan Chase yang meluncurkan rencana investasi senilai US$1,5 triliun selama 10 tahun untuk mendukung industri vital bagi keamanan dan ketahanan ekonomi AS, serta Tony Blair Institute for Global Change.
Tony Blair juga menjabat sebagai ketua dewan internasional JPMorgan yang memberikan saran strategis dan geopolitik kepada perusahaan.













