kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perusahaan Asing di Rusia Telah Merugi Hingga US$ 107 Miliar


Sabtu, 30 Maret 2024 / 09:10 WIB
Perusahaan Asing di Rusia Telah Merugi Hingga US$ 107 Miliar
ILUSTRASI. Eksodus perusahaan dari Rusia sejak invasi ke Ukraina pada 2022 merugikan perusahaan asing sekitar Rp 1.700 triliun.


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Eksodus perusahaan dari Rusia sejak invasi ke Ukraina pada 2022 telah merugikan perusahaan asing lebih dari US$ 107 miliar, sekitar Rp 1.700 triliun. Menurut data Reuters, kerugian tersebut dihitung dari penurunan nilai sampai hilangnya pendapatan.

Nilai kerugian telah meningkat sepertiga sejak perhitungan terakhir pada Agustus tahun lalu. Ini menunjukkan besarnya dampak finansial yang dialami dunia usaha akibat invasi Rusia. 

Ian Massey, Head of Corporate Intelligence EMEA S-RM, sebuah konsultan risiko global, memperkirakan, kesulitan perusahaan asing di Rusia makin besar dan bisa merugi lebih banyak. Presiden Vladimir Putin yang baru saja terpilih kembali juga berniat menjauhi negara Barat lebih jauh.

Baca Juga: Rusia dan Korea Utara Perkuat Kerja Sama untuk Melawan Mata-mata

Ini dilakukan antara lain lewat penyitaan aset dan tekanan politik. Dalam penjualan aset perusahaan dari Barat, Rusia menuntut diskon setidaknya 50% dan memperketat persyaratan keluar. Tidak jarang, perusahaan barat hanya dihargai satu rubel. 

Di tahun berjalan ini, ada penjualan aset milik Shell, HSBC, Polymetal International dan Yandex NV dengan total nilai US$ 10 miliar. Harga ini telah terdiskon 90%. Pekan lalu, Danone mengatakan akan menjual aset di Rusia, sehingga menimbulkan kerugian total US$ 1,3 miliar.

Sekitar 1.000 perusahaan telah keluar dari Rusia. Negara barat juga membekukan US$ 300 miliar emas dan cadangan devisa milik Bank of Russia, setelah invasi Rusia. 

Jerman telah menasionalisasi pabrik Gazprom di Jerman dan mengganti namanya menjadi Sefe. Jerman juga menempatkan kilang Schwedt milik Rosneft di bawah perwalian Jerman. 

Sementara itu, banyak produsen barang konsumen menahan diri untuk meninggalkan Rusia karena masyarakat bergantung ke produk mereka. Menurut analisa Yale School of Management, ratusan perusahaan barat, termasuk peritel Prancis Auchan dan Benetton, memilih tetap beroperasi atau menghentikan sementara bisnis di sana. 

Baca Juga: Blokir Pengiriman Minyak Korut, AS dan Korsel Bentuk Satgas Baru
 




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×