kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perusahaan cybersecurity China tuding CIA melakukan peretasan selama 11 tahun


Rabu, 04 Maret 2020 / 08:15 WIB
Perusahaan cybersecurity China tuding CIA melakukan peretasan selama 11 tahun
ILUSTRASI. Ilustrasi peretasan. REUTERS/Kacper Pempel/Illustration/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perusahaan anti virus China Qihoo 360 mengatakan, peretas CIA telah menghabiskan waktu lebih dari satu dekade membobol industri maskapai penerbangan China dan target lainnya. Ini merupakan sebuah dugaan serius atas aksi spionase Amerika dari perusahaan yang berbasis di Beijing.

Melansir Reuters, dalam sebuah postingan blog singkat yang diterbitkan pada hari Senin dalam bahasa Inggris dan China, Qihoo mengatakan mereka menemukan aksi mata-mata dengan membandingkan sampel perangkat lunak berbahaya yang telah ditemukan melawan segudang alat mata-mata digital CIA yang dirilis oleh WikiLeaks pada 2017.

Qihoo merupakan vendor keamanan siber besar yang penelitiannya secara umum diikuti untuk wawasan yang ditawarkannya ke dunia keamanan digital China. Qihoo mengatakan, Badan Intelijen AS telah menargetkan sektor penerbangan dan energi China, organisasi penelitian ilmiah, perusahaan internet, dan lembaga pemerintah. 

Baca Juga: Inilah miliarder di balik drone Predator yang menewaskan Jenderal Iran Soleimani

Ia menambahkan bahwa peretasan target penerbangan mungkin ditujukan untuk melacak "jadwal perjalanan tokoh-tokoh penting."

Qihoo menerbitkan katalog sampel perangkat lunak berbahaya yang berhasil ditemukan serta analisis waktu pembuatannya yang menunjukkan bahwa siapa pun yang merancang alat tersebut, melakukannya selama jam kerja di Pantai Timur AS.

CIA dan Kedutaan Besar China di Washington tidak segera membalas pesan pertanyaan Reuters. 

Baca Juga: Otoritas Palestina memutuskan semua kerjasama keamanan dengan Israel dan AS

Amerika Serikat - seperti China dan kekuatan dunia lainnya - jarang mengeluarkan pernyataan ketika dituduh melakukan cyberpionage atau aksi mata-mata siber. Namun, telah lama ada bukti dalam domain publik - dirilis oleh mantan kontraktor NSA Edward Snowden, dalam kasus AS, atau oleh jaksa penuntut AS dan perusahaan keamanan siber swasta, dalam kasus China - bahwa kedua negara meretas lawan mereka.




TERBARU

[X]
×