Sumber: AOL | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Ketika Warren Buffett pensiun sebagai CEO Berkshire Hathaway dalam beberapa bulan mendatang, ia kemungkinan akan dikenang sebagai investor terbesar di era modern.
Selama lebih dari enam dekade memimpin Berkshire, Buffett telah mengubahnya menjadi salah satu konglomerasi terbesar di dunia — sekaligus membuat banyak investor menjadi kaya.
Mengutip aol.com, setiap kali Berkshire merilis laporan kepemilikan saham kuartalannya, investor selalu menanti-nanti untuk mengetahui saham apa yang dibeli atau dijual Buffett dan timnya.
Julukan “Oracle of Omaha” bukan tanpa alasan — ia punya naluri tajam dalam menemukan saham yang undervalued dan berpotensi menjadi pemenang besar.
Karena itu, banyak yang ingin tahu tentang perusahaan Amerika terbaru yang menembus valuasi US$ 1 triliun, di mana Buffett telah menggelontorkan lebih dari US$ 78 miliar (sekitar Rp 1.200 triliun) sejak 2018 untuk membeli sahamnya.
Baca Juga: Warren Buffett Ingatkan Potensi Koreksi Pasar, Saatnya Investor Indonesia Waspada?
Buffett Selalu Tahu Cara Menciptakan Nilai
Dulu, banyak yang menertawakan gagasan perusahaan bisa mencapai kapitalisasi pasar US$ 1 triliun. Kini, sudah ada 10 perusahaan yang berhasil mencapainya — termasuk Berkshire Hathaway sendiri, yang resmi masuk klub eksklusif tersebut pada Agustus lalu.
Uniknya, perusahaan yang dibeli Buffett ini bukanlah saham teknologi atau kecerdasan buatan, melainkan hasil dari strategi buyback saham (pembelian kembali) dalam jumlah besar.
Lebih mengesankan lagi, Berkshire adalah perusahaan tertua di antara raksasa US$ 1 triliun lainnya, dan satu-satunya yang bukan berbasis teknologi. Konglomerasi ini memiliki berbagai bisnis besar:
- Salah satu perusahaan asuransi properti dan kecelakaan terbesar di AS, termasuk GEICO,
- Jalur kereta raksasa Burlington Northern Santa Fe Railroad,
- Sejumlah perusahaan energi besar,
- Dan bisnis hipotek yang luas.
Baca Juga: Warren Buffett: Ini 7 Hal yang Sering Disia-siakan Kelas Menengah
Selain itu, Berkshire juga memiliki portofolio saham senilai lebih dari US$ 300 miliar, sebagian berasal dari premi asuransi yang kemudian diinvestasikan ke berbagai saham unggulan. Investasi jangka panjangnya di Coca-Cola, American Express, Bank of America, dan Apple telah menghasilkan keuntungan besar bagi pemegang saham.