kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perusahaan teknologi di Asia ramai-ramai antri untuk menggelar IPO


Kamis, 08 Juli 2021 / 21:45 WIB
Perusahaan teknologi di Asia ramai-ramai antri untuk menggelar IPO


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan teknologi di Asia rame-rame mengantri listing di bursa saham. Terbaru datang dari AirAsia Group Bhd yang ingin mengatakan lini bisnis digitalnya untuk melantai atau menggelar penawaran saham perdana (Intial Public Offering) di bursa Amerika Serikat (AS).

AsiaAsia menjajaki IPO AirAsia Super App atau AirAsia Digital untuk digelar tahun ini. Pasalnya, perusahaan maskapai dengan anggaran terbesar kedua di Asean ini butuh pendanaan untuk memperluas operasi digitalnya. 

AirAsia Digital berencana masuk ke bursa AS melalui proses merger dengan perusahaan cek kosong (SPAC). Tony Fernades CEO Grup AirAsia mengatakan, sudah banyak perusahaan akuisisi tujuan khusus yang meminati lini usahanya itu. 

Baca Juga: Taiwan ingatkan Amerika Serikat untuk tidak menimbulkan spekulasi, ada apa?

Rencana IPO tersebut dijajaki cukup serius. “Kami telah mempekerjakan akuntan, jadi kami menganggapnya cukup serius untuk mengubah akun kami (untuk mengikuti metode AS)," kata Tony dikutip Bloomberg, Kamis (8/7).

Di tengah hantaman pandemi Covid-19, maskapai berbiaya murah ini terus berupaya mengembangkan bisnis digitalnya. Perusahaan ini baru saja mengumumkan mengakuisisi Gojek di Thaland senilai US$ 50 juta. Kemitraan strategis dengan Gojek akan memungkinkan AirAsia menyediakan berbagai layanan online mulai dari perjalanan dan belanja hingga pengiriman lintas batas sehingga bakal menciptakan peluang pertumbuhan. 

Tony Fernandes sebelumnya menyebutkan bahwa AirAsia Digital menargetkan pendapatan US$ 250 juta tahun ini dan layanan digital ini ditargetkan bisa menyumbang pendapatan ke perusahaan sebesar 50% dalam lima tahun ke depan.

Bisnis financial technology (fintech) milik AirAsia, BigPay, juga sedang mempersiapkan sebuah transaksi akuisisi. Fintech ini bakal segera masuk ke Thailand pasca merampungkan akuisisi Gojek. Sementara di Malaysia, mereka telah mengajukan lisensi bank digital.

Selain AirAsia, sejumlah perusahaan teknologi juga telah menyiapkan rencana IPO jumbo. Sebagian berasal dari Indonesia seperti Traveloka, Bukalapak, dan GoTo. Dari Korea Selatan, Krafton Inc, perusahaan pembuat game dan Bank digital Kakao Bank berencana IPO dengan target dana masing-masing US$ 5 miliar dan US$2,3 miliar.

Baca Juga: Dituding monopoli, Google panen gugatan di Amerika Serikat

Dari China, ada perusahaan streaming musik raksasa game NetEase Inc dan platform e-commerce Huitongda Network Co.

Bukalapak akan IPO dengan menargetkan dana hingga US$ 800 juta atau setara Rp 11,2 triliun.  Menurut sumber Reuters, IPO tersebut akan dilakukan pada bulan Agustus 2021.

Jika terlaksana, IPO Bukalapak ini akan menjadi yang terbesar di Indonesia dalam 10 tahun terakhir dan IPO terbesar yang pernah ada di Indonesia untuk sebuah startup.

Bukalapak  akan menjual 10% hingga 15% dalam IPO tersebut dan menargetkan valuasi antara US$ 4 hingga US$ 5 miliar. Salah satu sumber Reuters membisikkan prospektus pencatatan rahasia saham Bukalapak telah disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil dari IPO dapat berkisar antara US$ 500 juta dan US$ 800 juta, tergantung pada permintaan investor dan kondisi pasar. 

Tetapi tonggak sejarah itu kemungkinan nantinya akan diambil alih oleh rencana pencatatan saham GoTo. Perusahaan hasil merger Gojek dan Tokopedia sedang mencanangkan IPO ganda yakni di bursa domestik dan pasar saham luar negeri.

Sepanjang semester I 2021 ini, perusahaan di kawasan ini telah berhasil menghimpun dana segar sebesar US$ 82 miliar dari IPO.  Capaian tersebut merupakan pengumpulan dana IPO terbesar di paruh pertama yang pernah terjadi. Itu melampaui rekor yang ditorehkan perusahaan Asia pada tahun 2010 yang berhasil meraup dana US$ 63 miliar. 

Kinerja IPO pada paruh pertama tahun ini merupakan bagian dari tren global dimana total penghimpunan dana pencatatan saham perdana di bursa mencapai rekor di semester pertama tahun ini, hampir US$ 351 miliar. Riusnya aksi IPO secara global sejalan dengan suku bunga yang rendah dan likuiditas yang longgar membuat investor haus akan investasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi pada instrumen yang beresiko.

Saham teknologi berada di garis depan ledakan IPO Asia awal tahun ini yang dipimpin oleh Kuaishou Technology yang listing pada Februari 2021 lalu. 

Selanjutnya: Layaknya film Armageddon, China berencana membelokkan asteroid raksasa dengan roket




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×