kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.491.000   8.000   0,32%
  • USD/IDR 16.757   21,00   0,13%
  • IDX 8.610   -8,64   -0,10%
  • KOMPAS100 1.188   4,72   0,40%
  • LQ45 854   1,82   0,21%
  • ISSI 307   0,26   0,08%
  • IDX30 439   -0,89   -0,20%
  • IDXHIDIV20 511   -0,15   -0,03%
  • IDX80 133   0,33   0,25%
  • IDXV30 138   0,47   0,34%
  • IDXQ30 140   -0,47   -0,33%

China Pangkas Kepemilikan Obligasi AS ke Level Terendah Sejak 2008, Ini Alasannya


Senin, 22 Desember 2025 / 04:16 WIB
China Pangkas Kepemilikan Obligasi AS ke Level Terendah Sejak 2008, Ini Alasannya
ILUSTRASI. China memangkas kepemilikan obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) ke level terendah sejak 2008. Ng Han Guan/Pool/REUTERS


Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - China memangkas kepemilikan obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) ke level terendah sejak 2008. Langkah ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran soal keberlanjutan utang AS, polemik plafon utang, serta independensi bank sentral AS (The Federal Reserve).

Melansir South China Morning Post, data keuangan menunjukkan, total US Treasury yang dipegang China kini tinggal sekitar US$ 688,7 miliar pada Oktober, turun dari US$ 700,5 miliar pada September. Angka ini menjadi yang terendah dalam 17 tahun terakhir dan merosot lebih dari 47% dibandingkan puncaknya pada November 2013 yang hampir mencapai US$ 1,32 triliun.

Sejak Maret, China juga turun ke posisi ketiga pemegang US Treasury terbesar di dunia, di bawah Jepang dan Inggris. Tren pengurangan ini sebenarnya sudah berlangsung sejak masa jabatan pertama Presiden AS Donald Trump, meski lajunya tidak selalu konsisten.

Tahun ini, kekhawatiran makin kuat setelah AS mengesahkan undang-undang belanja besar yang dijuluki One Big Beautiful Bill Act, yang memicu kecemasan soal membengkaknya utang negara. Di saat yang sama, muncul ketidaknyamanan terkait tekanan Gedung Putih agar The Fed menurunkan suku bunga, yang dinilai bisa mengganggu independensinya.

Yu Yongding, mantan penasihat bank sentral China, memperingatkan bahwa risiko aset berbasis dolar AS semakin besar. Menurutnya, dominasi ekonomi AS bertumpu pada dua hal: kekuatan dolar yang didukung militer AS, serta pasar saham yang kuat berkat inovasi teknologi. Ia menilai kebangkitan China berpotensi menggoyang kedua pilar tersebut.

Baca Juga: Harta Karun di Laut China: Deposit Emas Terbesar Asia Ditemukan

Yu juga menegaskan bahwa China perlu segera menyeimbangkan neraca transaksi berjalan, mengurangi ketergantungan pada pasar eksternal, terutama AS, dan meminimalkan risiko terjebak dalam dominasi dolar.

Seiring pengurangan US Treasury, China justru terus menambah cadangan emas. Pada November, China membeli emas untuk bulan ke-13 berturut-turut, menambah sekitar 30.000 ons, sehingga total cadangan emasnya mencapai 74,12 juta ons senilai US$ 310,6 miliar.

Tonton: Siap Perang dengan China, Taiwan Borong Senjata AS Rp 184 Triliun

Secara global, total kepemilikan asing atas US Treasury sedikit turun menjadi US$ 9,243 triliun pada Oktober, namun masih bertahan di atas US$ 9 triliun selama delapan bulan berturut-turut. Jepang tetap menjadi pemegang terbesar dan justru menambah kepemilikannya, begitu juga Inggris. Sebaliknya, Kanada memangkas kepemilikan secara signifikan.

Selanjutnya: 30 Ucapan Hari Ibu Paling Menyentuh dan Penuh Makna, Bisa Dipakai buat Caption

Menarik Dibaca: 30 Ucapan Hari Ibu Paling Menyentuh dan Penuh Makna, Bisa Dipakai buat Caption




TERBARU

[X]
×