kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pfizer: Varian Covid-19 di Afrika Selatan bisa menurunkan kemampuan vaksin


Kamis, 18 Februari 2021 / 09:42 WIB
Pfizer: Varian Covid-19 di Afrika Selatan bisa menurunkan kemampuan vaksin
ILUSTRASI. Logo Pfizer terlihat di lokasi pemasok global di Havant, Inggris, Senin (1/2/2021). REUTERS/Matthew Childs


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - LONDON. Perusahaan farmasi Pfizer pada hari Rabu (17/2) menyampaikan bahwa varian virus corona baru yang menyebar di Afrika Selatan dapat mengurangi perlindungan antibodi dari vaksin Pfizer-BioNTech.

Dilansir dari Reuters, tim peneliti Pfizer kini mulai khawatir apakah vaksin mereka akan efektif melawan mutasi. Uji coba terbaru menunjukkan tingkat perlindungannya turun hingga dua pertiga dari sebelumnya.

Dalam penelitian terbarunya, Pfizer turut menggandeng para ilmuwan dari University of Texas Medical Branch (UTMB). Mereka mengembangkan virus rekayasa yang mengandung mutasi yang sama dengan jenis yang beredar di Afrika Selatan, yang dikenal sebagai B.1.351.

Baca Juga: WHO: Jumlah kasus mingguan virus corona turun hampir setengah, hanya dalam 5 minggu

Virus rekayasa tersebut kemudian diuji terhadap darah yang diambil dari orang yang telah diberi vaksin. Hasilnya, ada penurunan dua pertiga dalam tingkat antibodi penetral dibandingkan dengan pengaruhnya pada versi virus yang umum beredar di AS.

Hasil temuan tersebut juga langsung dipublikasikan di New England Journal of Medicine (NEJM) dengan harapan bisa menjadi acuan terbaru bagi semua pengembang vaksin Covid-19 di seluruh dunia.

Meskipun demikian, tim peneliti mengatakan bahwa masih tidak jelas apakah pengurangan dua pertiga itu akan membuat vaksin tidak efektif terhadap varian yang menyebar di seluruh dunia.

Baca Juga: WHO: Orang yang pernah terjangkit virus corona tetap harus dapat vaksin

Para peneliti mengakui saat ini belum ada patokan yang pasti untuk menentukan tingkat antibodi yang diperlukan untuk melindungi dari tubuh manusia virus.

"Kami tidak tahu berapa angka netralisasi minimum. Kami tidak memiliki garis batas itu," ungkap Profesor UTMB, Pei-Yong Shi.

Profesor Shi meyakinkan bahwa meskipun varian virus baru secara signifikan mengurangi keefektifan vaksin, vaksin seharusnya tetap mampu melindungi dari gejala yang parah dan kematian.

"Perlu lebih banyak pekerjaan untuk memahami apakah vaksin tersebut bekerja melawan varian Afrika Selatan, termasuk uji klinis dan pengembangan korelasi perlindungan," lanjut Shi.

Untuk saat ini Pfizer dan BioNTech mengatakan mereka sudah melakukan penelitian erupa untuk memahami apakah vaksin mereka efektif terhadap varian lain yang pertama kali ditemukan di Brasil.

Selanjutnya: Setelah Pfizer, WHO beri izin penggunaan darurat vaksin virus corona AstraZeneca




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×