kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.777   19,00   0,12%
  • IDX 7.467   -12,81   -0,17%
  • KOMPAS100 1.154   -0,21   -0,02%
  • LQ45 915   1,11   0,12%
  • ISSI 226   -0,98   -0,43%
  • IDX30 472   1,27   0,27%
  • IDXHIDIV20 570   2,21   0,39%
  • IDX80 132   0,15   0,11%
  • IDXV30 140   1,01   0,73%
  • IDXQ30 157   0,31   0,20%

PHK maskapai tetap naik meski berbagai negara sudah kucurkan bantuan US$ 85 miliar


Senin, 04 Mei 2020 / 16:17 WIB
PHK maskapai tetap naik meski berbagai negara sudah kucurkan bantuan US$ 85 miliar
ILUSTRASI. Pesawat Alitalia. PHK maskapai tetap naik meski berbagai negara sudah kuncurkan bantuan US$ 85 miliar. REUTERS/Tony Gentile/File Photo


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - LONDON. Pemerintah di banyak negara telah mengucurkan lebih dari US$ 85 miliar untuk menopang maskapai penerbangan yang terpukul keras setelah pandemi virus corona baru (Covid-19) menghanguskan permintaan perjalanan.

Kendati bantuan sudah begitu besar, namun pemutusan hubungan kerja (PHK) industri penerbangan tetap meningkat. Pekan lalu, di Eropa diumumkan telah memberhentikan 20.000 karyawan. Kondisi ini telah menimbulkan perdebatan apakah keran bantuan tersebut efektif atau hanya sekedar menunda para maskapai itu berguguran.

Baca Juga: Gara-gara corona, properti Hong Kong tak lagi dirilik investor China

Sekitar 80% kapasitas penerbangan tetap menganggur, sementara sebuah kenaikan di China telah terhenti, mendorong organisasi maskapai dunia (IATA) yang menyarankan pemulihan akan menjadi berliku. Menurut Kepala Eksekutif Delta Air Lines Inc Ed Bastian, kemungkinan akan butuh tiga tahun bagi industri penerbangan untuk kembali bangkit secara berkelanjutan jika melihat dampak keuangan yang sudah terjadi saat ini dan langkah-langkah keamanan yang mungkin diperlukan.

Perdebatan juga meningkat apakah bantuan tunai akan mengganggu perampingan yang diperlukan sektor ini, mengingat kebanyakan yang mendapat bantuan adalah maskapai pelat merah atau mantan flaship carrier. Sedangkan saingan mereka yang lebih ramping hanya bisa mengandalkan sumber daya mereka sendiri.

CEO Ryanair Holdings Plc Michael O'Leary telah menentang gagasan bantuan negara karena secara inheren tidak adil dan merugikan daya penetapan harga bagi operator yang masih berdiri di atas kaki mereka sendiri.

Berikut kondisi sejumlah maskapai besar di dunia yang dirangkum Bloomberg, Senin (4/5).

1. Air France-KLM
Maskapai telah mendapat bantuan US$ 12 miliar dari pemerintah Prancis dan Belanda. Namun, KLM masih berencana memangkas hingga 2.000 pos pekerjaan dan telah mengambil keuntungan dari program cuti. Sementara di Air France belum ada kabar terkait pemangkasan karyawan. CEO Ben Smith, CEO Air France-KLM mengatakan butuh waktu dua tahun atau lebih bagi industri untuk pulih. Harga sahamnya maskapai ini telah turun 53% tahun ini.

Baca Juga: Trump ancam batalkan perjanjian dagang fase I jika China gagal beli produk AS

2. Alitalia
Maskapai ini telah dinasionalisasi dan akan diambil alih secara penuh oleh pemerintah Italia pada Juni 2020. Sudah mendapatkan pendanaan 2,1 miliar euro sejak tahun 2017. Telah melakukan PHK terhadap 6.8000 pekerja.

3. American Airlines
Telah memperoleh bantuan dari negara sebesar US$ 5,8 miliar untuk menggaji karyawan dan sedang merundingkan persyaratan untuk pinjaman federal terpisah US$ 4,75 miliar. Sebanyak 39,000 karyawannya secara sukarela mengambil cuti, mengurangi jam kerja atau pensiun dini. Maskapai ini tengah mengevaluasi untuk memberhentikan sebagaian dari hampir 130.000 karyawannya. Sahamnya telah turun 58% hingga akhir April.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×