Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
Setelah berada di bawah target pada tahun 2020, inflasi melonjak pada bulan Maret dan April 2021. Lonjakan awal inflasi terkonsentrasi dibandingkan inflasi secara luas, dengan kenaikan harga yang sangat besar pada barang-barang yang persediaannya terbatas, seperti kendaraan bermotor.
Saya dan rekan-rekan saya menilai sejak awal bahwa faktor-faktor yang terkait dengan pandemi ini tidak akan bertahan lama. Oleh karena itu, kenaikan inflasi yang tiba-tiba kemungkinan besar akan terjadi dengan cukup cepat tanpa memerlukan respons kebijakan moneter. Singkatnya, inflasi akan meningkat dan akan bersifat sementara.
Pemikiran umum yang ada sejak lama adalah, selama ekspektasi inflasi tetap terjaga dengan baik, maka wajar saja jika bank sentral melihat kenaikan inflasi yang bersifat sementara.
Transitory yang bagus adalah kapal yang penuh sesak, dengan sebagian besar analis arus utama dan gubernur bank sentral negara-negara maju ikut serta. Harapan umum yang ada adalah bahwa kondisi pasokan akan membaik dengan cukup cepat, pemulihan permintaan yang cepat akan berjalan dengan baik, dan permintaan akan beralih kembali dari barang ke jasa, sehingga menurunkan inflasi.
Untuk sementara waktu, data tersebut konsisten dengan hipotesis sementara. Angka inflasi inti bulanan menurun setiap bulan dari bulan April hingga September 2021, meskipun perkembangannya lebih lambat dari perkiraan.
Baca Juga: Saham Perbankan Menghijau, Tersengat Potensi Penurunan Suku Bunga The Fed
Kasus ini mulai melemah sekitar pertengahan tahun, sebagaimana tercermin dalam komunikasi kami. Mulai bulan Oktober, data berbalik melawan hipotesis sementara. Inflasi meningkat dan meluas dari barang ke jasa. Jelas terlihat bahwa tingginya inflasi tidak bersifat sementara, dan hal ini memerlukan respons kebijakan yang kuat agar ekspektasi inflasi dapat tetap terjaga dengan baik.
Kami menyadarinya dan melakukan perubahan mulai bulan November. Kondisi keuangan mulai mengetat. Setelah menghentikan pembelian aset secara bertahap, kami memulainya pada Maret 2022.
Pada awal tahun 2022, inflasi umum melebihi 6%, dengan inflasi inti di atas 5%. Guncangan pasokan baru muncul. Invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan kenaikan tajam harga energi dan komoditas.
Perbaikan kondisi pasokan dan perputaran permintaan dari barang ke jasa memakan waktu lebih lama dari perkiraan, sebagian disebabkan oleh gelombang COVID yang lebih lanjut di AS dan COVID terus mengganggu produksi secara global, termasuk melalui lockdown yang baru dan diperpanjang di Tiongkok.
Tingkat inflasi yang tinggi merupakan fenomena global, yang mencerminkan pengalaman umum: peningkatan pesat dalam permintaan barang, ketegangan rantai pasokan, ketatnya pasar tenaga kerja, dan kenaikan tajam harga komoditas.
Sifat inflasi global tidak seperti periode lainnya sejak tahun 1970an. Saat itu, inflasi yang tinggi sudah mengakar—suatu hasil yang sangat ingin kami hindari.