Sumber: CNN | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NAPLES. Rabu (1/7) kemarin, pihak kepolisian Italia berhasil menyita lebih dari 14 ton Amfetamin yang diproduksi oleh ISIS di Suriah. Belasan ton obat-obatan terlarang ini ditaksir memiliki nilai mencapai $1,12 miliar atau setara dengan Rp 16 triliun. Temuan ini sekaligus jadi temuan narkoba terbesar di dunia dalam satu waktu. Baik dalam segi jumlah maupun nilai jualnya.
Obat-obatan tadi dicetak dalam bentuk tablet Captagon sebanyak 84 juta butir. Semuanya disembunyikan dalam paket-paket industrial dan sempat mengecoh polisi.
Kepada CNN, kepala polisi wilayah Naples, Domenico Napolitano, juga mengakui kalau obat-obatan tersebut disembunyikan dengan sangat rapi dan berhasil lolos dari proses pemindaian di pelabuhan.
Setelah melalui tahap penyelidikan, ditemukan fakta kalau hasil penjualan obat-obatan terlarang ini akan digunakan untuk mendanai aktivitas ISIS.
Menurut US Drug Enforcement Administration, ISIS memanfaatkan obat-obatan ini secara luas di semua wilayah di mana mereka memberikan pengaruhnya dan mengontrol semua kativitas penjualannya secara penuh.
Baca Juga: Gagalkan narkoba dari ISIS, Italia catat rekor penangkapan terbesar di dunia
Sebenarnya sudah sejak lama ISIS punya hubungan yang cukup dengan pemanfaatan obat-obatan terlarang dalam setiap operasinya. Pada tahun 2015 lalu misalnya, AS menemukan fakta bahwa para jihadis ISIS mengonsumsi pil Captagon sebelum melakukan aksi pemberontakan.
Mereka meyakini bahwa penggunaan obat-obatan tersebut mampu memberikan lonjakan energi yang besar. Puncaknya adalah membuat para pasukan ini tidak takut mati dalam tugas.
Captagon sendiri awalnya adalah nama merek untuk produk obat yang mengandung fenethilin stimulan sintetis. Sekarang obat-obatan ini sudah tidak lagi diproduksi.
Meski demikian, European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction (EMCDDA) masih menerima data temuan Captagon di wilayah Timur Tengah.
Obat tersebut merupakan stimulan umum di Timur Tengah dan beberapa negara lain yang berbatasan dengan wilayah Eropa. Sampai saat ini pil Captagon masih terus dipantau peredarannya.