Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, secara resmi menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk meminta dukungannya dalam mengorganisasi pertemuan khusus antara ASEAN dan AS.
Permintaan ini disampaikan di tengah meningkatnya tekanan proteksionisme dari Washington yang memengaruhi hubungan dagang kedua belah pihak.
Inisiatif ASEAN untuk Memperkuat Hubungan dengan AS
Mengutip freemalaysiatoday, dalam sambutannya saat pembukaan KTT ASEAN ke-46 di Kuala Lumpur, Anwar menegaskan bahwa surat tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN yang digelar di Langkawi awal tahun ini.
Ia menekankan pentingnya prinsip sentralitas ASEAN sebagai pijakan untuk menjalin hubungan strategis dengan mitra global, termasuk Amerika Serikat.
Baca Juga: Pasar Asia Stabil, Euro Menguat Usai Trump Tunda Tarif Impor 50% terhadap Uni Eropa
"Saya mengambil kebebasan untuk menulis kepada Presiden Donald Trump guna meminta pengertian dan dukungannya dalam mengatur pertemuan ASEAN-AS, yang mencerminkan komitmen serius kami terhadap prinsip sentralitas," kata Anwar.
Menurutnya, masa depan ASEAN bergantung pada dua pilar utama, yaitu pertumbuhan yang adil dan berkelanjutan serta ketahanan yang kokoh.
Hambatan Tarif dan Upaya Diplomasi ASEAN-AS
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad Hasan dan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio telah bertemu pada 5 April untuk menentukan tanggal KTT Khusus ASEAN-AS.
Namun, pada 3 April, Presiden Trump mengumumkan serangkaian tarif baru yang secara langsung menaikkan bea impor atas barang-barang dari Asia Tenggara, dengan dampak terbesar dirasakan oleh Kamboja, Laos, dan Vietnam. Malaysia dikenai tarif sebesar 24%, sementara Singapura menerima tarif terendah sebesar 10%.
Menanggapi kebijakan tersebut, para menteri ekonomi ASEAN sepakat untuk tidak memberlakukan langkah balasan. ASEAN lebih memilih jalur dialog yang terbuka dan konstruktif dengan AS untuk mengatasi persoalan perdagangan.
Anwar menjelaskan bahwa meskipun negara-negara anggota ASEAN terus melakukan pembicaraan bilateral dengan AS, para pemimpin ASEAN sepakat untuk menjaga konsensus regional yang solid.
"Kami sepakat untuk melanjutkan pertemuan bilateral sambil tetap mempertahankan konsensus ASEAN," ujarnya.
Kemajuan dalam Krisis Myanmar dan Diplomasi Regional
Selain isu perdagangan, Anwar juga menyoroti perkembangan positif dalam penanganan krisis Myanmar melalui pembentukan Informal Advisory Group on Myanmar, sebuah kelompok informal yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra.
Baca Juga: ‘Putin Benar-Benar Gila!’ Trump Murka Usai Serangan Brutal Rusia ke Ukraina
Kelompok ini memanfaatkan hubungan personal dan fleksibilitas diplomatik untuk mendorong dialog dengan junta militer Myanmar dan pihak terkait lainnya demi memajukan upaya perdamaian seperti Konsensus Lima Poin ASEAN.
"Pendekatan diam-diam sangat penting. Langkah-langkahnya mungkin kecil dan jembatannya rapuh, tetapi dalam urusan perdamaian, bahkan jembatan yang rapuh lebih baik daripada jurang yang semakin melebar," kata Anwar.
Malaysia ditunjuk sebagai ketua ASEAN pada tahun ini, tepat ketika blok regional merayakan 10 tahun berdirinya Komunitas ASEAN. Para pemimpin diharapkan akan mengadopsi visi baru selama 20 tahun ke depan yang akan menjadi panduan arah masa depan ASEAN.