Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - MUMBAI/MILAN. Merek fesyen mewah Italia Prada mengumumkan akan memproduksi koleksi sandal edisi terbatas di India yang terinspirasi dari alas kaki tradisional negara tersebut. Setiap pasang sandal akan dijual sekitar 800 euro (US$930), ungkap Lorenzo Bertelli, eksekutif senior Prada, kepada Reuters.
Langkah ini menjadi bentuk respons Prada terhadap kritik atas tuduhan cultural appropriation setelah enam bulan lalu menampilkan sandal yang dianggap menyerupai Kolhapuri chappals, alas kaki India abad ke-12, dalam peragaan busana di Milan.
Produksi 2.000 Pasang, Libatkan Pengrajin Maharashtra dan Karnataka
Dalam kolaborasi baru ini, Prada akan memproduksi sekitar 2.000 pasang sandal di negara bagian Maharashtra dan Karnataka, bekerja sama dengan dua badan yang didukung pemerintah India. Kolaborasi ini memadukan kerajinan tradisional India dengan teknologi dan standar produksi Italia.
Baca Juga: Follower Anjlok! Kreator Konten Australia Terdampak Larangan Medsos bagi Remaja
“Kami akan memadukan kemampuan standar dari produsen asli dengan teknik manufaktur kami,” ujar Bertelli, Chief Marketing Officer dan Kepala CSR Prada.
Koleksi khusus ini dijadwalkan dirilis Februari 2026 di 40 butik Prada di seluruh dunia serta melalui penjualan online.
Dari Kontroversi Menjadi Kolaborasi
Kritik terhadap Prada memuncak setelah foto sandal yang mirip Kolhapuri chappals viral, memicu reaksi keras dari pengrajin dan politisi India. Prada kemudian mengakui desain tersebut terinspirasi dari gaya kuno India dan mulai menjalin komunikasi dengan kelompok pengrajin.
Kini, perusahaan menandatangani kerja sama dengan LIDCOM (Sant Rohidas Leather Industries and Charmakar Development Corporation) dan LIDKAR (Dr Babu Jagjivan Ram Leather Industries Development Corporation), dua lembaga yang mempromosikan warisan kulit India.
“Kami ingin menjadi pengganda kesadaran terhadap chappal ini,” kata Bertelli, putra pendiri Prada, Miuccia Prada dan Patrizio Bertelli.
Program Pelatihan Tiga Tahun untuk Pengrajin Lokal
Kemitraan selama tiga tahun itu mencakup program pelatihan di India dan kesempatan bagi pengrajin untuk menjalani pendidikan singkat di Prada Academy di Italia. Proyek dan pelatihan tersebut diperkirakan menelan biaya beberapa juta euro, dengan jaminan pembayaran yang adil bagi para pengrajin.
Pengrajin berharap kerja sama ini dapat meningkatkan pendapatan, menarik minat generasi muda, serta melestarikan kerajinan yang terancam oleh produk tiruan dan permintaan yang menurun.
Baca Juga: Amazon Bayar Rp 9,6 Triliun untuk Sengketa Pajak, Italia Tetap Lanjutkan Investigasi
“Begitu Prada mengakui kerajinan ini sebagai produk mewah, efek domino pasti terjadi dan permintaan akan meningkat,” ujar Prerna Deshbhratar, Managing Director LIDCOM.
Prada Belum Akan Perluas Ritel di India dalam Waktu Dekat
Meski memperkuat kolaborasi dengan pengrajin lokal, Prada menegaskan belum memiliki rencana untuk membuka toko pakaian baru atau pabrik di India tahun depan. Tahun ini, Prada hanya membuka toko kecantikan pertamanya di Delhi.
“Belum ada rencana membuka toko baru di India, tetapi kami mempertimbangkannya dengan serius. Mungkin dalam tiga hingga lima tahun ke depan,” kata Bertelli.
Pasar barang mewah India bernilai sekitar US$7 miliar pada 2024, dan diproyeksi mencapai US$30 miliar pada 2030, menurut Deloitte. Namun, pasar tersebut masih jauh di bawah China, yang menghasilkan nilai sekitar 350 miliar yuan (US$49,56 miliar) pada 2024.
Mayoritas brand global memasuki India melalui kemitraan dengan konglomerat besar seperti Reliance Group milik Mukesh Ambani atau Aditya Birla Group. Namun, Prada memilih masuk secara independen, meski membutuhkan waktu lebih lama.
India adalah “pasar potensial baru yang sebenarnya,” tegas Bertelli.













