Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Skandal fesyen yang melibatkan rumah mode ternama Prada justru menjadi peluang emas bagi pengrajin sandal tradisional Kolhapuri asal India.
Setelah dituduh menjiplak desain sandal khas India tanpa memberikan kredit, Prada akhirnya mengakui inspirasi tersebut, memicu lonjakan penjualan dan semangat nasionalisme di kalangan konsumen India.
Sandal Tradisional Bersejarah Masuk Sorotan Dunia
Sandal Kolhapuri, yang berasal dari kota bersejarah Kolhapur di negara bagian Maharashtra dan telah ada sejak abad ke-12, tiba-tiba menjadi pembicaraan global. Hal ini terjadi setelah Prada memamerkan desain sandal terbuka yang menyerupai Kolhapuri di panggung mode Milan tanpa menyebut sumber inspirasinya.
Setelah foto-foto dari peragaan busana tersebut viral, para pengrajin lokal, warganet, hingga politisi India menyuarakan kritik keras. Akhirnya, Prada mengakui bahwa desainnya memang terinspirasi dari motif tradisional India dan menyatakan niat untuk bekerja sama dengan pengrajin lokal jika sandal itu diproduksi secara komersial.
Baca Juga: Profil Keluarga Ambani, Konglomerat India yang Kuasai Sektor Energi hingga Ritel
“Prada 0: Kolhapur 1,” tulis akun Instagram @Shopkop, yang pendirinya, Rahul Parasu Kamble, menulis surat terbuka kepada Prada. Surat itu telah dibagikan lebih dari 36.000 kali di media sosial.
Kamble menyebut kontroversi ini sebagai peluang untuk mengenalkan Kolhapuri lebih luas. Hasilnya, penjualannya mencapai ₹50.000 (sekitar Rp9,5 juta) hanya dalam tiga hari—lima kali lipat dari rata-rata biasanya.
Kolaborasi, Diskon Besar, dan Iklan Kreatif
Beberapa merek lokal memanfaatkan momen ini untuk mendongkrak penjualan. Ira Soles, produsen sandal asal Mumbai, memasang iklan Instagram dengan tagline:
"Kolhapuri buatan tangan kami senilai US$32 kini berjalan di runway Prada ... Stok terbatas. Sorotan global. Miliki sepotong budaya yang kini dikagumi dunia."
Sementara itu, e-commerce Niira memberikan diskon hingga 50% untuk sandal Kolhapuri mereka. Pendiri Niira, Nishant Raut, mengungkapkan bahwa penjualan sandal seharga US$18—mirip dengan desain Prada—telah tiga kali lipat meningkat dalam sepekan terakhir.
“Kenapa merek Kolhapuri India tidak bisa sebesar Birkenstock?” ujar Raut.
Baca Juga: Impor Batubara Indonesia Turun, China dan India Pilih Kualitas Lebih Tinggi
Tradisi vs Fashion Modern
Saat ini, lebih dari 7.000 pengrajin di India masih memproduksi Kolhapuri secara manual, sering kali dengan upah rendah. Seperti Ashok Doiphode, pengrajin berusia 50 tahun, yang menjahit sandal selama sembilan jam sehari dan hanya mendapat ₹400 (sekitar Rp75 ribu) per pasang.
Namun, dukungan dari brand global seperti Prada bisa membuka harapan baru.
“Jika perusahaan besar seperti Prada datang, pengrajin seperti saya bisa mendapatkan harga yang lebih layak,” kata Doiphode.
Kolhapuri saat ini juga dijual di gerai ritel besar seperti Bata India, Metro Brands, serta platform online seperti Amazon India dan Flipkart milik Walmart. Meski sempat lesu karena kalah bersaing dengan sepatu modern, pemerintah India pada 2021 menyebut potensi ekspor sandal ini bisa mencapai US$1 miliar per tahun.