kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi 737 dipangkas, harga saham Boeing dan produsen komponennya ikut jatuh


Senin, 08 April 2019 / 17:36 WIB
Produksi 737 dipangkas, harga saham Boeing dan produsen komponennya ikut jatuh


Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - PARIS. Keputusan Boeing untuk memangkas produksi pesawat tipe 737 berdampak buruk pada harga saham para pemasoknya pada hari Senin waktu setempat. Sementara harga saham Boeing bergerak lebih rendah dalam pra perdagangan di pasar Amerika Serikat.

Boeing Co mengatakan pada Jumat malam bahwa pihaknya berencana untuk memangkas sekitar 20% produksi bulanan dari pesawat 737 setelah dua kecelakaan mematikan dalam rentang waktu lima bulan. Produksi Boeing 737 akan dipangkas menjadi 42 pesawat per bulan dari sebelumnya 52 unit mulai pertengahan April.

Hal ini menandakan pihak perusahaan tidak mengharapkan otoritas penerbangan untuk mengizinkan pesawat itu kembali mengudara dalam waktu dekat.

Dilansir dari Reuters, keputusan Boeing tersebut telah merontokkan saham sejumlah perusahaan yang memasok komponen Boeing 737. Saham Meggitt, Melrose dan Safran turun di antara 1% hingga 2,5%.

Saham Boeing juga turun sekitar 2,7% dalam pra perdagangan. Di lain pihak kondisi ini malah jadi berkah bagi Airbus yang saham terkerek sekitar 1%.

"Jika pemangkasan produksi Boeing 737 berlangsung hingga September 2019, potensi hilangnya pendapatan untuk Meggitt adalah sebesar US$ 8,525 juta," tulis analis Jefferies .

Pengiriman pesawat terlaris Boeing tersebut telah dibekukan oleh berbagai otoritas penerbangan setelah jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines pada 10 Maret lalu, yang menewaskan semua 157 orang di dalamnya.

Sementara bank investasi Cowen mengatakan keputusan Boeing untuk memangkas produksi 737 adalah hal yang tepat untuk dilakukan. "Pemangkasan produksi seri 737 menjadi 42 unit per bulan akan membantu menyelesaikan krisis tipe tersebut tetapi akan menekan keuangan perusahaan dengan signifikan untuk tahun 2019," tulis Cowen dalam risetnya.




TERBARU

[X]
×