Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Produksi minyak dan kondensat gas Rusia mencapai 516 juta ton atau 10,32 juta barel per hari (bph) pada 2024, turun 2,8% dibandingkan 2023.
Sebagaimana disampaikan Wakil Perdana Menteri Alexander Novak dalam majalah internal Kementerian Energi pada Kamis (30/1).
Rusia telah menahan produksi minyaknya sebagai bagian dari kesepakatan dengan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya (OPEC+).
Industri minyak Rusia juga menghadapi sanksi Barat, termasuk embargo terhadap ekspor minyak via laut serta batas harga US$60 per barel, akibat konflik Moskow di Ukraina.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Bergerak Tipis Usai Anjlok 1% di Sesi Sebelumnya
Namun, Novak melaporkan bahwa produksi gas alam Rusia naik 7,6% menjadi 685 miliar meter kubik (bcm) tahun lalu, sementara ekspor gas alam cair (LNG) meningkat 4% menjadi 47,2 bcm.
Sejauh ini, Rusia telah membuktikan bahwa prediksi penurunan tajam pasokan minyaknya meleset.
Badan Energi Internasional (IEA) yang berbasis di Paris pada Maret 2022 memperkirakan pasar akan kehilangan 3 juta bph minyak mentah Rusia, namun hal itu tidak terjadi.
Sebagai respons terhadap sanksi Barat, Rusia berhasil mengalihkan seluruh ekspor minyak mentahnya ke negara-negara yang disebutnya sebagai "ramah", seperti China dan India.
Baca Juga: Rusia Belajar dari Tiongkok: China Bangun Angkatan Laut untuk Saingi AS di 2049
Kesepakatan OPEC+ Menguntungkan Rusia
Novak memuji kesepakatan OPEC+, dengan menyebutnya menguntungkan bagi Rusia.
"Kesepakatan ini berdampak positif pada pendapatan negara kita. Berkat kenaikan harga minyak Rusia, pendapatan dari minyak dan gas dalam anggaran federal pada 2024 mencapai sekitar 30%," ujarnya.
Menurut Kementerian Keuangan Rusia, pendapatan minyak dan gas melonjak 26% tahun lalu menjadi US$108 miliar, setelah mengalami penurunan 24% pada 2023 akibat harga minyak yang lebih rendah dan ekspor gas yang melemah.
Novak juga mengatakan bahwa ekspor minyak Rusia mencapai 240 juta ton tahun lalu, meningkat dari 238,3 juta ton pada 2023, dan sesuai dengan perkiraan pemerintah.