Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Lamgiat Siringoringo
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Ekonomi negeri samurai memasuki masa terburuk. Produksi pabrik Jepang pada bulan Mei merosot ke level terendah sejak Maret 2009 ketika terjadi krisis keuangan global.
Ini merupakan penurunan selama empat bulan berturut-turut. Mengutip Reuters, Data Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) atau Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang yang dirilis Selasa (30/6) menunjukkan bahwa output pabrik negara Sakura itu pada Mei turun sebesar 8,4% dari bulan sebelumnya ke level 79,1.
Data itu menunjukkan bahwa sektor manufaktur Jepang yang memang sangat bergantung pada ekspor sangat terpukul akibat pandemi Covid-19.
Meskipun pencabutan pembatasan aktivitas ekonomi sudah dilakukan di Jepang yang memungkinkan pabrik kembali beroperasi, namun lemahnya permintaan global tetap akan membuat produksi pabrik akan melambat.
Baca Juga: Pebisnis lain ngerem, Amazon malahan ekspansif. Ini daftar perusahaan incarannya..
Meningkatnya kembali kasus Covid-19 baru-baru di Amerika Serikat (AS), pasar ekspor terbesar Jepang, membuat negara ini tidka akan bisa melakukan pemulihan ekonomi secara cepat. Sementara konsumsi domestik juga masih bisa tertekan karena kekhawatiran gelombang kedua kasus Covid-19 dan meningkatnya angka pengangguran.
Tingkat pengangguran Jepang pada bulan Mei naik 2,9% dari 2,6% di bulan April. Ini merupakan angka tertinggi sejak Mei 2017. Data perusahaan riset kredit swasta Teikoku Databank menunjukkan bawah pandmei Covid-19 telah mengakibatkan 290 perusahaan di Jepang bangkrut sejak akhir Februari. Itu terutama terkait dengaan sektor jasa seperti restoran, hotel dan losmen dan pakaian jadi.
Negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu tengah bersiap menghadapi resesi terburuk yaang terjadi pascaperang. "Ekonomi kemungkinan mengalami kontraksi besar pada bulan April-Juni karena lemahnya permintaan domestik dan eksternal," kata Taro Saito, executive research fellow at NLI Research Institute dikutip Reuters, Selasa (30/6).
Saito bilang, memburuknya ekonomi itu berimbas ke pasar tenaga kerja. Kondisi itu telah memicu kenaikaan tingkat pengangguran dan penurunan jumlah pekerjaan yang tersedia. Penurunan produksi pabrik pada Mei tersebut, lebih tinggi dari rata-rata perkiraan analis sesuai jajak pendapatan yang dilakukan Reuters yang memprediksi turun 5,6%
Sementara survei yang dilakukan METI terhadap sejumlah produsen memperkirakan produksi pada bulan Juni akan naik 5,7% dan tumbuh 9,2% pada bulan Juli. Produksi mobil, mesin produksi, baja dan industri besar lainnya terpukul keras oleh permintaan yang merosot di dalam dan luar negeri akibat pandemi. Semua industri yang disurvei mencatat penurunan dalam output.
Produksi global para produsen mobil utama Jepang, termasuk Toyota Motor dan Nissan Motor merosot 62% pada Mei dari tahun lalu, melanjutkan penurunan 55% pada April, karena permintaan mobil anjlok secara global di tengah kuncian untuk menghentikan penyebaran virus.
Ekonomi Jepang menyusut 2,2% tahunan pada Januari-Maret, tergelincir ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam 4-1 / 2 tahun, dan analis memperkirakan krisis kesehatan telah mendorong penurunan yang lebih dalam pada kuartal saat ini.
Jumlah karyawan turun di bulan Mei sebanyak 730.000 pekerja dibandingkan dengan tahun sebelumnya, mencatat penurunan tahunan terbesar sejak November 2009, kata seorang pejabat pemerintah. Jumlah pekerja cuti mencapai 4,23 juta, rekor tertinggi kedua setelah mencapai rekor tertinggi 5,97 juta pada bulan April.
Rasio pekerjaan-untuk-pelamar turun menjadi 1,20 pada Mei dari 1,32 pada April, jatuh pada laju tercepat sejak 1974 untuk menandai pembacaan terendah sejak Juli 2015, data kementerian tenaga kerja menunjukkan. Ini berarti enam pekerjaan tersedia per lima pencari kerja.