Sumber: The New York Times | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ambisi Tiongkok untuk menjadi kekuatan utama di pasar mobil Eropa terlihat jelas pada acara Paris Motor Show minggu ini.
Meskipun Uni Eropa baru saja memutuskan untuk memberlakukan tarif anti-subsidi pada kendaraan asal Tiongkok, sejumlah produsen mobil asal Tiongkok tetap memamerkan model-model elektrik terdepan mereka, menarik perhatian pengunjung dengan teknologi canggih yang mereka tawarkan.
Menonjolnya Produsen Mobil Tiongkok
Di tengah pameran yang dirancang untuk menunjukkan kemampuan produsen mobil Eropa, stand dari produsen seperti BYD, Leapmotor, dan Xpeng menarik kerumunan yang besar.
Mereka memamerkan bagaimana kemajuan teknologi mereka, termasuk penggunaan kecerdasan buatan, akan membantu mereka bersaing bahkan melampaui pesaing Eropa dalam revolusi kendaraan listrik.
Baca Juga: Kemenperin Pertemukan Produsen Otomotif dengan Penyedia Komponen Lokal
Eropa memiliki tujuan ambisius untuk beralih sepenuhnya ke kendaraan listrik pada tahun 2035. Para produsen mobil besar di benua tersebut, termasuk Renault, Stellantis, BMW, dan Volkswagen, memperkenalkan model-model baru yang dirancang untuk menarik konsumen Eropa.
Namun, Beijing tampaknya tidak gentar dengan upaya perlindungan yang dianggap akan memperlambat kemajuan mereka.
Pameran BYD: Membangun Citra Global
BYD, yang pertama kali tampil di Eropa dua tahun lalu, memperkenalkan tujuh model yang diklaim telah menggunakan teknologi elektrik dan hibrida yang lebih maju dibandingkan pesaing Eropa.
Di stan BYD, sebuah video besar menampilkan landmark dari seluruh dunia, mulai dari Patung Kristus Penebus di Rio de Janeiro hingga Arc de Triomphe di Paris, sebagai pengingat visual tentang ambisi mereka untuk membuat mobil Tiongkok menarik bagi pembeli Barat.
Dalam waktu singkat, BYD telah memperluas jangkauannya ke lebih dari 100 negara. Dalam enam bulan pertama tahun ini, perusahaan tersebut melaporkan bahwa seperempat dari semua kendaraan hibrida atau listrik yang terjual di seluruh dunia adalah buatan mereka.
Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik Global Naik 30%, Pasar China Makin Bersinar
Penolakan Terhadap Tarif Uni Eropa
Stella Li, wakil presiden eksekutif BYD, mengungkapkan kritiknya terhadap tarif yang dikenakan oleh Brussel bulan ini terhadap kendaraan listrik dari Tiongkok. Ia menyebut tarif tersebut tidak adil, pendapat yang juga didukung oleh produsen mobil Tiongkok lainnya.
Tarif tersebut, yang mulai berlaku pada 31 Oktober dan akan berlangsung selama lima tahun, mencapai 45 persen. Namun, pejabat Eropa dan Tiongkok telah menyatakan bahwa mereka sedang melakukan negosiasi untuk mencapai kesepakatan yang dapat menjawab kekhawatiran Brussel mengenai keuntungan tidak adil yang dinikmati produsen mobil di Tiongkok.
Li menyatakan bahwa perusahaan akan terus memperluas ke Eropa, membawa model SUV baru ke pasar Prancis dan Jerman. Mereka juga berencana untuk menurunkan harga pada model yang sudah dijual di Eropa, langkah yang diambil oleh banyak produsen mobil Tiongkok untuk menarik konsumen di sana.
Respon Eropa Terhadap Kompetisi
Luca de Meo, CEO Renault, mengakui meningkatnya kompetisi yang dihadapi Eropa dari produsen mobil Asia. Ia memperkenalkan serangkaian kendaraan listrik kompak baru, termasuk satu model yang terbuat dari 90 persen bahan terbarukan, dalam apa yang ia sebut sebagai "manifesto untuk inovasi teknologi."
Tantangan bagi produsen mobil Eropa sangat besar. Eropa menghadapi penurunan permintaan untuk mobil baru, dengan penjualan keseluruhan tahun ini sekitar 18 persen lebih rendah dibandingkan tingkat sebelum pandemi, menurut Asosiasi Produsen Mobil Eropa.
Baca Juga: Produsen Kendaraan Listrik Asal China Zeekr Bakal Rilis Model Baru di Australia
Penjualan kendaraan listrik bahkan menurun lebih signifikan, hanya mencakup sekitar 12 persen dari pangsa pasar tahun ini.
Sebagai tanda solidaritas terhadap produsen mobil Prancis, Presiden Emmanuel Macron hadir di acara tersebut dan menghabiskan waktu di stan Renault, mencoba salah satu model hibrida baru dari perusahaan. Macron menyatakan keinginannya untuk "menunjukkan dukungan terhadap sektor ini."
Kolaborasi untuk Masa Depan
Beberapa produsen mobil telah menyadari bahwa tantangan yang ditimbulkan oleh produsen mobil Tiongkok tidak akan hilang. Alih-alih melawan, Stellantis, pemilik merek Prancis Peugeot dan Citroen, serta Jeep dan Chrysler di AS, telah menjalin kerja sama dengan Leapmotor, produsen kendaraan listrik terkemuka di Tiongkok.
Stellantis mengakuisisi sekitar 20 persen saham di Leapmotor tahun lalu. Kedua perusahaan juga mendirikan usaha patungan yang memberikan Stellantis akses ke teknologi perusahaan Tiongkok. Sebagai imbalannya, mobil Leapmotor akan dapat mengakses sekitar 200 dealer Stellantis di Eropa.
Carlos Tavares, CEO Stellantis, menggambarkan kolaborasi ini sebagai satu di mana kedua perusahaan siap untuk mendapatkan manfaat.
Baca Juga: Terkait Tarif Mobil Listrik, Ini yang Diinginkan Uni Eropa dari China
Ia menambahkan bahwa "minat dari dealer dan investor kami sangat besar, dan pasar sangat menantikan kendaraan listrik yang cerdas dan terjangkau." Kerja sama antara perusahaan Eropa dan Tiongkok ini bertujuan untuk mengubah lanskap mobilitas elektrik di Eropa dan seterusnya.
Jiangming Zhu, CEO Leapmotor, berbicara dalam bahasa Mandarin saat menggambarkan model kendaraan listrik yang dibangun oleh kedua perusahaan yang akan terjangkau dan menarik bagi selera dan kebutuhan konsumen Eropa.
Model kompak dari usaha patungan ini akan memiliki harga mulai sedikit di atas US$19.600, jauh lebih murah beberapa ribu dolar dibandingkan model kendaraan listrik buatan Eropa sejenis.