Penulis: Virdita Ratriani
KONTAN.CO.ID - Raja Salman kini kembali menjadi sorotan lantaran ungkapan amarahnya kepada Iran dalam Sidang Majelis Umum PBB beberapa hari lalu. Raja Salman menuding Iran telah mengeksploitasi kesepakatan nuklir tahun 2015, menciptakan jaringan teroris, dan menggunakan terorisme untuk kepentingan negaranya. Iran pun membantah semua tuduhan tersebut.
Dirangkum dari BBC.com, Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud adalah Raja Arab Saudi ketujuh. Raja Salman naik takhta pada usia 79 tahun pada 2015, setelah kematian saudaranya Raja Abdullah. Lantas, seperti apa sosok Raja Salman?
Profil Raja Salman
Raja Salman lahir pada tahun 1935, putra dari pendiri Arab Saudi, Raja Abdulaziz (biasanya disebut Ibn Saud), dan istri kesayangannya, Putri Hassa al-Sudairi.
Salman adalah anak bungsu kedua dari tujuh bersaudara. Ketujuh putra Hassa yang dikenal sebagai "Sudairi Seven" kemudian menjadi faksi yang kuat di dalam keluarga kerajaan, mewariskan takhta satu sama lain.
Saudara laki-laki tertua Salman, Fahd, menjadi Raja Arab Saudi antara tahun 1982 dan 2005, sementara dua saudara laki-laki lainnya, Sultan dan Nayef, adalah putra mahkota.
Salman pun mulai masuk pemerintahan pada tahun 1954, ketika ia diangkat sebagai wakil gubernur Riyadh. Setahun kemudian, Salman dipromosikan menjadi gubernur provinsi Riyadh dan menjabat lima tahun di posisi itu, yang dipandang sebagai salah satu yang paling penting di negara itu.
Baca Juga: Arab penjarakan 8 orang untuk kasus Khashoggi, penyidik PBB: Saudi mengejek keadilan
Setelah tiga tahun absen, ia kembali sebagai gubernur dan mengawasi transformasi Riyadh dari kota gurun kecil menjadi kota pencakar langit, memiliki universitas, dan jaringan makanan cepat saji yang berasal dari Barat. Total, Salman menjadi gubernur provinsi Riyadh selama 48 tahun.
Lalu menjadi menteri pertahanan pada 2011 dan putra mahkota setahun kemudian. Ketika menjadi menteri pertahanan pada 2015, dia meluncurkan perang ke negara tetangga Yaman yang menyebabkan bencana kemanusiaan.
Saat menjadi Raja, sejumlah keputusannya telah membawa perubahan besar di Kerajaan Arab Saudi, dan yang paling penting adalah menetapkan putranya, Mohammed bin Salman sebagai Putra Mahkota atau penerusnya.
Baca Juga: 8 orang divonis penjara, ini kata tunangan Jamal Khashoggi
Suksesi Mohammed bin Salman sebagai penerus Raja Salman
Saat awal menjabat, Raja Salman menunjuk Pangeran Muqrin Bin Abdul Aziz sebagai Putra Mahkota. Pada 29 April 2015, Salman mencopot Muqrin bin Abdul Aziz sebagai Putra Mahkota dan menunjuk keponakannya Muhammad bin Nayef sebagai Putra Mahkota.
Namun, pada 2017 Raja Salman menggantikan Mohammed bin Nayef sebagai putra mahkota demi putranya, Mohammed bin Salman. Mohammed bin Nayef juga dicopot sebagai kepala kementerian dalam negeri dan dilaporkan ditempatkan di bawah tahanan rumah.
Sementara, Mohammed bin Salman adalah putra tertua Raja Salman dari istri ketiganya, Putri Fahda binti Falah Al Hathleen.
Baca Juga: Soal Israel dan Palestina, ini jawaban Raja Salman kepada Trump
Setelah diangkat sebagai putra mahkota, Mohammed bin Salman pun mulai mengkonsolidasikan kekuasaannya, menahan pangeran saingannya dan pengusaha miliarder atas tuduhan korupsi dan menindak para intelektual kritis, ulama, dan aktivis.
Pada Maret 2020 juga dilaporkan penangkapan tiga pangeran yang dilaporkan atas tuduhan pengkhianatan pada Maret 2020 termasuk Mohammed bin Nayef dan satu-satunya saudara laki-laki Salman yang masih hidup, Ahmed.
Hal ini memicu spekulasi bahwa Mohammed bin Salman berusaha untuk menyingkirkan saingannya dalam suksesi sebelum ayahnya yang sudah tua meninggal atau turun tahta.
Nama Mohammed bin Salman pun juga dikaitkan dengan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada tahun 2018. Hal itu memicu kekhawatiran internasional dan seruan agar Muhammad dicopot, tetapi dia masih mendapat sokongan dari ayahnya.