Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - YANGON. Setidaknya enam orang tewas ketika pasukan keamanan Myanmar menembaki pengunjuk rasa pada Rabu (3/3), petugas medis mengatakan.
Ini terjadi setelah junta mendakwa enam jurnalis yang ditahan, termasuk seorang fotografer Associated Press, dengan tuduhan pidana.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak 1 Februari ketika militer melancarkan kudeta dan menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi, mengakhiri eksperimen demokrasi selama satu dekade dan memicu protes massa setiap hari.
Tekanan internasional pun meningkat. Kekuatan Barat telah berulang kali menghantam para jenderal dengan sanksi. Dan, Inggris menyerukan pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Jumat (5/3).
Baca Juga: Liput protes anti-kudeta, militer Myanmar seret 6 jurnalis ke pengadilan
Tetapi, junta mengabaikan kecaman global, menanggapi protes dengan kekuatan yang meningkat, dan pasukan keamanan kembali menggunakan kekuatan mematikan pada demonstran pada Rabu.
Ditembak di kepala
Empat orang ditembak mati selama protes di sebuah kota di Myanmar tengah, menurut petugas medis yang berbicara kepada AFP melalui telepon, seperti dikutip Channel News Asia.
Dua pengunjuk rasa lainnya tewas di Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar, petugas medis mengungkapkan, kepada AFP, seperti dilansir Channel News Asia.
Salah satu korban tewas di Mandalay ditembak di kepala dan satu lagi di dada, menurut seorang dokter yang tidak mau disebutkan namanya.
Baca Juga: Myanmar terus bergejolak, demonstrasi menentang junta militer terus berlanjut
Protes di pusat Kota Myingyan juga berubah menjadi kekerasan, ketika pasukan keamanan menghadapi pengunjuk rasa yang berjongkok di belakang perisai merah buatan yang dihiasi dengan tanda tiga jari, simbol perlawanan untuk gerakan anti-kudeta.
"Mereka menembakkan gas air mata, peluru karet, dan peluru tajam," kata seorang relawan medis di tempat kejadian kepada AFP yang menambahkan, sedikitnya 10 orang terluka, seperti Channel News Asia lansir.
Demonstrasi juga berlanjut di Yangon, kota terbesar Myanmar, pada Rabu, dengan pengunjuk rasa menggunakan ban dan barikade kawat berduri untuk memblokir jalan-jalan utama serta memperlambat polisi.
Di pusat Kota Pansodan Road, dekat persimpangan Pagoda Sule yang terkenal, pengunjuk rasa menempelkan cetakan wajah pemimpin junta Min Aung Hlaing di tanah, sebuah taktik yang bertujuan untuk memperlambat pasukan keamanan.
Di Kota San Chaung, yang telah menjadi lokasi bentrokan hebat dalam beberapa hari terakhir, gas air mata memenuhi jalan-jalan saat polisi anti-huru hara menghadapi pengunjuk rasa.