Sumber: The Motley Fool | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
3. Coca-Cola: 8,7% dari Portofolio Berkshire Hathaway
Seperti Domino’s, Coca-Cola juga bergantung pada teknologi untuk mengelola lebih dari 200 merek globalnya. Perusahaan ini baru-baru ini bermitra dengan Adobe untuk menciptakan alat AI bernama Fizzion — sistem yang belajar dari desainer manusia untuk mempercepat pembuatan kampanye pemasaran digital dan materi iklan.
Langkah ini diyakini dapat menghemat waktu dan memangkas biaya periklanan secara signifikan.
Selain itu, pada tahun 2024 Coca-Cola menandatangani kontrak lima tahun dengan Microsoft Azure senilai US$ 1,1 miliar untuk mempercepat transformasi berbasis AI — mulai dari proses manufaktur hingga rantai pasok.
Buffett berinvestasi di Coca-Cola senilai US$ 1,3 miliar antara tahun 1988 dan 1994, dan belum pernah menjual satu lembar pun sahamnya. Kini, nilai kepemilikan itu mencapai US$ 26,5 miliar, dengan dividen tahunan US$816 juta bagi Berkshire.
Ini contoh klasik strategi investasi jangka panjang Buffett yang sukses.
Tonton: Rahasia Warren Buffett Hadapi Inflasi: Bukan Emas, tapi Investasi Ini
4. Apple: 23,7% dari Portofolio Berkshire Hathaway
Kepemilikan Berkshire di Apple bernilai lebih dari US$ 170 miliar pada awal 2024, jauh di atas modal yang dikeluarkan sekitar US$ 38 miliar antara 2016–2023.
Meskipun Buffett telah menjual lebih dari separuh posisinya untuk mengunci keuntungan besar, Apple masih menjadi saham terbesar dalam portofolio Berkshire, dengan bobot 23,7%.
Apple kini membangun iPhone, iPad, dan Mac generasi terbaru untuk era AI, lengkap dengan chip rancangan internal yang menjalankan Apple Intelligence — serangkaian fitur AI yang dapat meringkas pesan, menghasilkan gambar, dan menganalisis perilaku pengguna untuk memprioritaskan notifikasi.
Lini produk iPhone 17, yang diluncurkan September lalu, dibekali chip paling kuat sejauh ini — mampu menjalankan aplikasi AI paling berat di pasar.
Hal ini mendorong siklus peningkatan (upgrade cycle) yang jauh lebih baik dari perkiraan. Bahkan, Morgan Stanley menaikkan target harga saham Apple dari US$ 240 menjadi US$ 298.
Karena itu, meski telah memangkas sebagian kepemilikannya, Berkshire masih berpotensi meraih keuntungan besar dari Apple.