kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.407.000   24.000   1,01%
  • USD/IDR 16.580   -17,00   -0,10%
  • IDX 8.125   73,58   0,91%
  • KOMPAS100 1.120   14,21   1,28%
  • LQ45 780   7,86   1,02%
  • ISSI 292   2,64   0,91%
  • IDX30 406   2,01   0,50%
  • IDXHIDIV20 454   0,57   0,13%
  • IDX80 123   1,36   1,12%
  • IDXV30 131   1,14   0,88%
  • IDXQ30 128   0,32   0,25%

Rahasia Portofolio Warren Buffett: 33,5% Digerakkan oleh Saham-Saham AI


Rabu, 15 Oktober 2025 / 06:55 WIB
Rahasia Portofolio Warren Buffett: 33,5% Digerakkan oleh Saham-Saham AI
ILUSTRASI. 33,5% portofolio Berkshire senilai US$ 304 miliar kini tertanam di empat perusahaan besar yang menggunakan AI.


Sumber: The Motley Fool | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Warren Buffett, CEO Berkshire Hathaway, akan segera melepaskan jabatan eksekutifnya pada akhir tahun ini. Namun, ia akan tetap menjabat sebagai ketua dewan direksi. Dengan demikian, gaya investasi jangka panjang khas Buffett akan terus bertahan — kabar baik bagi para pemegang saham.

Mengutip The Motley Fool, sejak Buffett mengambil alih kendali Berkshire pada tahun 1965, saham perusahaan itu mencatat rata-rata imbal hasil tahunan sebesar 19,9%. Investasi sebesar US$ 1.000 pada tahun itu kini bernilai US$ 44,7 juta pada akhir 2024. 

Sebagai perbandingan, investasi yang sama di indeks S&P 500 hanya akan tumbuh menjadi US$342.906 dalam periode yang sama.

Selain memiliki sejumlah anak usaha, Berkshire juga mengelola portofolio saham publik senilai US$ 304 miliar. Buffett dikenal berinvestasi pada perusahaan dengan prospek pertumbuhan kuat, laba solid, dan tim manajemen berpengalaman. 

Namun, satu hal yang hampir tak pernah ia lakukan adalah mengejar tren pasar terbaru — bahkan tren sebesar kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) sekalipun.

Meski begitu, 33,5% portofolio Berkshire senilai US$ 304 miliar kini tertanam di empat perusahaan besar yang menggunakan AI untuk memperkuat bisnis inti mereka.

Baca Juga: Warren Buffett: Nilai Buku Tak Lagi Relevan di Era Aset Tidak Berwujud

1. Domino’s Pizza: 0,4% dari Portofolio Berkshire Hathaway

Menjadi jaringan pizza terbesar di dunia tidak hanya soal rasa yang lezat, tapi juga soal komitmen terhadap inovasi. Domino’s Pizza menerima lebih dari 1 juta pesanan setiap hari, dan AI kini menjadi bagian penting dari strateginya.

Asisten suara berbasis AI kini melayani pesanan pelanggan lewat telepon — bahkan menggunakan aksen berbeda di tiap wilayah AS agar terdengar lebih akrab. Domino’s juga mengembangkan sistem bernama Voice of the Pizza, yang memanfaatkan AI untuk menganalisis umpan balik pelanggan dari berbagai forum daring seperti Reddit.

Selain itu, Domino’s menanamkan AI dalam kanal penjualannya untuk memprediksi perilaku pelanggan — bahkan memulai proses memanggang pizza sebelum pesanan final dibuat, demi mempercepat waktu pengiriman.

Berkshire mulai membeli saham Domino’s pada kuartal ketiga 2024 dan terus menambah kepemilikan di setiap kuartal berikutnya.

Baca Juga: Strateginya Bikin Melongo, Aset Jepang Warren Buffett Tembus Rp 500 Triliun

2. Amazon: 0,7% dari Portofolio Berkshire Hathaway

Amazon adalah pemimpin global dalam e-commerce dan komputasi awan, dengan lebih dari 1.000 aplikasi AI untuk mempertahankan dominasinya.

Aplikasi itu mencakup asisten virtual yang membantu pelanggan membandingkan produk, serta alat bantu bagi penjual untuk membuat iklan yang lebih menarik dan meningkatkan konversi penjualan.

Namun, inti strategi AI Amazon terletak pada Amazon Web Services (AWS) — platform komputasi awan yang menjalankan pusat data raksasa berisi chip canggih dari pemasok seperti Nvidia.

AWS juga menyediakan platform Bedrock, yang menawarkan model bahasa besar (LLM) siap pakai untuk mempercepat proyek AI berbagai perusahaan.

CEO Amazon Andy Jassy mengatakan, “Pendapatan dari AI di AWS melonjak tiga digit pada kuartal kedua 2025 dibandingkan periode tahun lalu.”

Mungkin AI bukan pertimbangan utama Buffett saat membeli saham Amazon pada 2019, namun teknologi ini kini menjadi pendorong utama fase pertumbuhan berikutnya bagi raksasa e-commerce itu.

3. Coca-Cola: 8,7% dari Portofolio Berkshire Hathaway

Seperti Domino’s, Coca-Cola juga bergantung pada teknologi untuk mengelola lebih dari 200 merek globalnya. Perusahaan ini baru-baru ini bermitra dengan Adobe untuk menciptakan alat AI bernama Fizzion — sistem yang belajar dari desainer manusia untuk mempercepat pembuatan kampanye pemasaran digital dan materi iklan.

Langkah ini diyakini dapat menghemat waktu dan memangkas biaya periklanan secara signifikan.

Selain itu, pada tahun 2024 Coca-Cola menandatangani kontrak lima tahun dengan Microsoft Azure senilai US$ 1,1 miliar untuk mempercepat transformasi berbasis AI — mulai dari proses manufaktur hingga rantai pasok.

Buffett berinvestasi di Coca-Cola senilai US$ 1,3 miliar antara tahun 1988 dan 1994, dan belum pernah menjual satu lembar pun sahamnya. Kini, nilai kepemilikan itu mencapai US$ 26,5 miliar, dengan dividen tahunan US$816 juta bagi Berkshire.

Ini contoh klasik strategi investasi jangka panjang Buffett yang sukses.

Tonton: Rahasia Warren Buffett Hadapi Inflasi: Bukan Emas, tapi Investasi Ini

4. Apple: 23,7% dari Portofolio Berkshire Hathaway

Kepemilikan Berkshire di Apple bernilai lebih dari US$ 170 miliar pada awal 2024, jauh di atas modal yang dikeluarkan sekitar US$ 38 miliar antara 2016–2023.

Meskipun Buffett telah menjual lebih dari separuh posisinya untuk mengunci keuntungan besar, Apple masih menjadi saham terbesar dalam portofolio Berkshire, dengan bobot 23,7%.

Apple kini membangun iPhone, iPad, dan Mac generasi terbaru untuk era AI, lengkap dengan chip rancangan internal yang menjalankan Apple Intelligence — serangkaian fitur AI yang dapat meringkas pesan, menghasilkan gambar, dan menganalisis perilaku pengguna untuk memprioritaskan notifikasi.

Lini produk iPhone 17, yang diluncurkan September lalu, dibekali chip paling kuat sejauh ini — mampu menjalankan aplikasi AI paling berat di pasar.

Hal ini mendorong siklus peningkatan (upgrade cycle) yang jauh lebih baik dari perkiraan. Bahkan, Morgan Stanley menaikkan target harga saham Apple dari US$ 240 menjadi US$ 298.

Karena itu, meski telah memangkas sebagian kepemilikannya, Berkshire masih berpotensi meraih keuntungan besar dari Apple.

Selanjutnya: Pengendali Saham Diamond Citra (DADA) Jual Kepemilikan Saham Raup Rp 24,28 Miliar

Menarik Dibaca: Net Sell Bursa Rp 1,32 Triliun, Ini Saham-saham Paling Banyak Dijual Asing (14/10)




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×