CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.874   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.156   -58,36   -0,81%
  • KOMPAS100 1.093   -9,52   -0,86%
  • LQ45 871   -4,28   -0,49%
  • ISSI 216   -2,39   -1,10%
  • IDX30 447   -1,61   -0,36%
  • IDXHIDIV20 540   -0,03   -0,01%
  • IDX80 125   -1,02   -0,81%
  • IDXV30 136   0,09   0,07%
  • IDXQ30 149   -0,27   -0,18%

Raja bilang tetap mencintai pengunjuk rasa, Thailand adalah tanah kompromi


Senin, 02 November 2020 / 05:33 WIB
Raja bilang tetap mencintai pengunjuk rasa, Thailand adalah tanah kompromi
ILUSTRASI. Raja Thailand Maha Vajiralongkorn mengatakan dirinya mencintai semua pengunjuk rasa yang berusaha untuk mengekang kekuasaannya. REUTERS/Jorge Silva


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Raja Thailand Maha Vajiralongkorn mengatakan dirinya mencintai semua pengunjuk rasa yang berusaha untuk mengekang kekuasaannya. Dia juga menyebut Thailand sebagai "tanah kompromi" pada hari Minggu (1/10/2020) dalam komentar publik langsung pertamanya di bulan yang penuh dengan aksi demonstrasi.

Seorang pemimpin unjuk rasa mengatakan, pernyataan raja terdengar seperti "hanya kata-kata".

Melansir Reuters, hal itu diungkapkan Raja Thailand dalam menanggapi pertanyaan dari Channel 4 News saat melakukan walkabout dengan ribuan royalis berkemeja kuning. Aksi ini menunjukkan dukungan terbesar mereka sejak dimulainya unjuk rasa yang juga menuntut pengunduran diri dari pemerintah.

Ketika ditanya apa yang akan dia katakan kepada para pengunjuk rasa, raja berkata: "Kami mencintai mereka semua sama." Saat ditanya apakah ada ruang untuk kompromi, dia berkata, "Thailand adalah tanah kompromi".

Baca Juga: Demonstran Thailand minta bantuan Jerman, untuk apa?

Salah satu pemimpin protes, Jutatip Sirikhan, 21 tahun, mengatakan kepada Reuters bahwa dia menilai pernyataan raja itu hanyalah kata-kata. "Kata kompromi adalah kebalikan dari apa yang sebenarnya terjadi ... seperti pelecehan dan penggunaan kekerasan dan penggunaan hukum," jelasnya.

Sementara itu, pihak Istana tidak memberikan komentar resmi atas protes yang dimulai dengan meminta pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha sebelum akhirnya melanggar tabu yang telah lama ada dengan menyerukan pembatasan kekuasaan raja.

Para pengunjuk rasa ingin membalikkan perubahan yang memberi raja kendali pribadi atas beberapa unit tentara dan kekayaan istana yang bernilai puluhan miliar dolar.

Baca Juga: Berdandan ala zombi, peritel Thailand dapat banyak uang dari barang orang mati

Reuters memberitakan, mereka mengkritik aksi raja yang lama tinggal di Jerman sebagai pemborosan dan menuduh monarki memungkinkan dominasi militer selama beberapa dekade dengan menerima kudeta seperti yang terjadi ketika Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengambil alih kekuasaan pada tahun 2014.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×