Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Raja Thailand Maha Vajiralongkorn mengatakan dirinya mencintai semua pengunjuk rasa yang berusaha untuk mengekang kekuasaannya. Dia juga menyebut Thailand sebagai "tanah kompromi" pada hari Minggu (1/10/2020) dalam komentar publik langsung pertamanya di bulan yang penuh dengan aksi demonstrasi.
Seorang pemimpin unjuk rasa mengatakan, pernyataan raja terdengar seperti "hanya kata-kata".
Melansir Reuters, hal itu diungkapkan Raja Thailand dalam menanggapi pertanyaan dari Channel 4 News saat melakukan walkabout dengan ribuan royalis berkemeja kuning. Aksi ini menunjukkan dukungan terbesar mereka sejak dimulainya unjuk rasa yang juga menuntut pengunduran diri dari pemerintah.
Ketika ditanya apa yang akan dia katakan kepada para pengunjuk rasa, raja berkata: "Kami mencintai mereka semua sama." Saat ditanya apakah ada ruang untuk kompromi, dia berkata, "Thailand adalah tanah kompromi".
Baca Juga: Demonstran Thailand minta bantuan Jerman, untuk apa?
Salah satu pemimpin protes, Jutatip Sirikhan, 21 tahun, mengatakan kepada Reuters bahwa dia menilai pernyataan raja itu hanyalah kata-kata. "Kata kompromi adalah kebalikan dari apa yang sebenarnya terjadi ... seperti pelecehan dan penggunaan kekerasan dan penggunaan hukum," jelasnya.
Sementara itu, pihak Istana tidak memberikan komentar resmi atas protes yang dimulai dengan meminta pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha sebelum akhirnya melanggar tabu yang telah lama ada dengan menyerukan pembatasan kekuasaan raja.
Para pengunjuk rasa ingin membalikkan perubahan yang memberi raja kendali pribadi atas beberapa unit tentara dan kekayaan istana yang bernilai puluhan miliar dolar.
Baca Juga: Berdandan ala zombi, peritel Thailand dapat banyak uang dari barang orang mati
Reuters memberitakan, mereka mengkritik aksi raja yang lama tinggal di Jerman sebagai pemborosan dan menuduh monarki memungkinkan dominasi militer selama beberapa dekade dengan menerima kudeta seperti yang terjadi ketika Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengambil alih kekuasaan pada tahun 2014.
Protes terbesar ini telah menarik puluhan ribu orang untuk turun ke jalan. Tidak ada perkiraan resmi untuk kerumunan hari Minggu. Jurnalis Reuters memperkirakan jumlahnya lebih dari 10.000.
Pemimpin royalis Warong Dechgitvigrom, yang telah berusaha mengumpulkan orang untuk melawan para pengunjuk rasa, mengatakan raja telah menyuruhnya untuk "membantu menyebarkan kebenaran".
Pemerintah Prayuth melarang aksi protes bulan lalu dan menangkap banyak pemimpin terkenal, tetapi kebijakan darurat dibatalkan setelah hal itu menjadi bumerang dengan menarik lebih banyak orang ke jalan-jalan Bangkok.
Baca Juga: Pengunjuk rasa desak Jerman menyelidiki kegiatan Raja Thailand
Tiga pemimpin aksi unjuk rasa yang terkenal dirawat di rumah sakit selama akhir pekan setelah polisi mengatakan mereka ditangkap kembali setelah batas penahanan mereka berakhir. Salah satunya pingsan di tahanan polisi dalam kejadian yang membuat marah pengunjuk rasa.
Prayuth mengatakan dia tidak akan mengundurkan diri dan menolak tuduhan bahwa pemilu tahun lalu direkayasa demi keuntungan pribadinya.