kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Raja Malaysia Bakal Sambangi China, Hal Ini yang Jadi Incaran


Kamis, 19 September 2024 / 09:07 WIB
Raja Malaysia Bakal Sambangi China, Hal Ini yang Jadi Incaran
ILUSTRASI. Raja Malaysia Sultan Ibrahim akan mengunjungi China mulai hari ini, Kamis (19/9/2024). REUTERS/Lim Huey Teng


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Raja Malaysia Sultan Ibrahim akan mengunjungi China mulai hari ini, Kamis (19/9/2024). 

Ini merupakan kunjungan yang pertama kali dilakukan oleh seorang raja Malaysia dalam satu decade terakhir.

Dalam kunjungan ini, Raja Sultan Ibrahim dijadwalkan akan bertemu Presiden China Xi Jinping.

Dia kemungkinan mengincar untuk mendapatkan dukungan terkait proyek-proyek yang meningkatkan konektivitas ke negara tetangga Singapura.

Mengutip Reuters, pernyataan dari kementerian luar negeri negara itu mengatakan pada hari Rabu mengungkapkan, Raja akan didampingi oleh menteri transportasi dan perumahan Malaysia.

"Kunjungan Yang Mulia memberikan kesempatan yang sangat baik bagi kedua belah pihak untuk menegaskan kembali komitmen bersama dalam memastikan bahwa hubungan Malaysia-China terus berwawasan ke depan, dinamis, dan sejahtera," kata kementerian luar negeri Malaysia.

Sultan Ibrahim dilantik sebagai raja ke-17 negara itu pada bulan Januari, di bawah sistem monarki yang unik di mana kepala sembilan keluarga kerajaan Malaysia bergiliran duduk di atas takhta setiap lima tahun, dan seharusnya tidak terlibat dalam politik.

Namun, pria berusia 65 tahun itu telah mengindikasikan bahwa ia bermaksud untuk mempertimbangkan isu-isu politik negara itu dan mengusulkan dalam sebuah wawancara media sebelum ia naik takhta agar perusahaan minyak negara Malaysia Petronas dan badan antikorupsi negara itu melapor langsung kepada raja.

Baca Juga: Malaysia dan Kamboja Sudah Larang Ekspor Laut ke Singapura

Terakhir kali seorang raja Malaysia mengunjungi China adalah pada tahun 2014.

Menurut kementerian luar negeri Malaysia, Ibrahim juga akan bertemu dengan pejabat tingkat dua China, Perdana Menteri Li Qiang.

Li mengunjungi Kuala Lumpur pada bulan Juni dan mendukung rencana Malaysia untuk mengembangkan konektivitasnya melalui jalur kereta api senilai US$ 10 miliar ke proyek-proyek kereta api lain yang didukung Tiongkok di Laos dan Thailand.

Li mengatakan bahwa inisiatif tersebut akan mewujudkan rencana untuk Jalur Kereta Api Pan-Asia yang diusulkan yang membentang dari Kunming di China ke Singapura, mungkin melalui Johor.

Ibrahim telah berbicara tentang rencana untuk menghidupkan kembali proyek kereta api berkecepatan tinggi yang terhenti antara Malaysia dan Singapura, dengan perlintasan perbatasan di Forest City.

Ini merupakan usaha patungan senilai US$ 100 miliar antara Country Garden dari China dan perusahaan swasta Malaysia yang didukung oleh Sultan.

Baca Juga: Malaysia Laporkan Kasus Mpox Baru, Pasien telah Diisolasi

Data yang dikumpulkan oleh lembaga pemikir American Enterprise Institute menunjukkan, pengembang China yang tengah berjuang itu hanya menginvestasikan dana senilai US$ 110 juta dari total US$ 26 miliar yang telah diarahkan perusahaan China ke Malaysia sejak 2010, yang sebagian besarnya berada di sektor logam, energi, dan transportasi.

Hubungan komersial kedua negara menjadi sorotan awal bulan ini ketika Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan China memiliki nota protes untuk menghentikan aktivitas eksplorasi minyak Malaysia di Laut China Selatan, tetapi menekankan kedua pihak terus berkomunikasi mengenai masalah tersebut.

China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan sebagai wilayahnya berdasarkan peta bersejarah, termasuk bagian dari zona ekonomi eksklusif Malaysia, Filipina, Brunei, Taiwan, dan Vietnam. 

Pengadilan arbitrase internasional pada tahun 2016 mengatakan klaim China tidak memiliki dasar hukum internasional, sebuah putusan yang tidak diakui Beijing.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×