kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ramai-Ramai Jatuhkan Sanksi kepada Rusia, Bankir di Eropa Mulai Cemas


Rabu, 23 Februari 2022 / 15:26 WIB
Ramai-Ramai Jatuhkan Sanksi kepada Rusia, Bankir di Eropa Mulai Cemas


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - LONDON. Industri perbankan Eropa dan Australia mulai mengukur pengaruh krisis Ukraina terhadap bisnis yang tengah dijalani. Para bankir bersiap menghadapi dampak sanksi global yang dijatuhkan kepada Rusia. 

Bank-bank Eropa terutama di Austria, Italia dan Prancis yang paling terpapar Rusia mengutip Reuters pada Rabu (23/2). Kelompok bank ini selama berminggu-minggu telah sangat waspada jika pemerintah memberlakukan sanksi baru terhadap Negara Beruang merah ini. 

HSBC memperingatkan akan dampak penularan pasar dari Rusia ke negara lain. Sedangkan Raiffeisen Bank International (RBI) Austria mengatakan sedang mempersiapkan strategi menghadapi krisis.

Setidaknya, Uni Eropa (UE) telah menyetujui sanksi yang akan memasukkan lebih banyak politisi, anggota parlemen, dan pejabat Rusia ke daftar hitam mereka. Juga melarang investor UE berdagang obligasi negara Rusia, dan menargetkan impor dan ekspor dengan entitas separatis. 

Baca Juga: Kerahkan Militer, Slovakia Mulai Bersiap Menghadapi Lonjakan Pengungsi dari Ukraina

"Paket sanksi ini akan merugikan Rusia, dan akan sangat merugikan," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell pada konferensi pers.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan dia menghentikan sertifikasi pipa gas Nord Stream 2 yang berasal dari Rusia. Padahal gas ini merupakan sumber energi masa depan yang penting bagi ekonomi terbesar Eropa itu.

Kemudian pada Selasa sore Presiden AS Joe Biden mengumumkan sanksi yang menargetkan dua bank Rusia. Juga utang negara, dan elit Rusia serta anggota keluarga, dan memperingatkan bahwa Rusia akan membayar harga yang lebih mahal jika melanjutkan agresinya ke Ukraina. 

Sejak aneksasi Rusia atas Krimea pada tahun 2014, Amerika Serikat dan Uni Eropa telah memasukkan orang-orang tertentu ke daftar hitam. Seiring membatasi akses lembaga keuangan milik negara Rusia ke pasar modal Barat. 

Juga memberlakukan larangan perdagangan senjata dan batasan lain pada perdagangan teknologi. Hal yang sama juga berlaku untuk sektor minyak.

Baca Juga: Putin Dapat Lampu Hijau dari Parlemen Rusia untuk Kerahkan Militer ke Ukraina Timur

Hal itu menyebabkan bank, khususnya di Amerika Serikat, mengurangi eksposur mereka ke Rusia. Sehingga krisis Ukraina saat ini  tidak akan memberikan ancaman bisnis. Namun bankir AS lebih fokus pada dampak pasar dari ketegangan geopolitik ini.

Noel Quinn, Bos HSBC sebagai salah satu bank terbesar di Eropa penularan yang lebih luas untuk pasar global menjadi perhatian, meskipun bank memiliki eksposur yang terbatas.

"Jelas bahwa ada kemungkinan penularan atau efek tingkat kedua, tetapi itu akan tergantung pada tingkat keparahan konflik dan tingkat keparahan pembalasan jika ada konflik," katanya.




TERBARU

[X]
×