kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.090.000   -8.000   -0,38%
  • USD/IDR 16.630   72,00   0,43%
  • IDX 8.051   42,68   0,53%
  • KOMPAS100 1.123   6,98   0,62%
  • LQ45 810   0,68   0,08%
  • ISSI 279   2,38   0,86%
  • IDX30 423   1,81   0,43%
  • IDXHIDIV20 485   2,83   0,59%
  • IDX80 123   0,38   0,31%
  • IDXV30 132   0,38   0,29%
  • IDXQ30 135   0,57   0,43%

Ray Dalio: Utang Tinggi Mengguncang Tatanan Moneter Amerika Serikat


Jumat, 19 September 2025 / 14:52 WIB
Diperbarui Jumat, 19 September 2025 / 15:21 WIB
Ray Dalio: Utang Tinggi Mengguncang Tatanan Moneter Amerika Serikat
ILUSTRASI. Pendiri Bridgewater Associates Ray Dalio (tengah) saat menjadi pembicara di Future China Global Forum 2025 bersama Pendiri dan Executive Chairman Avanda Investment Management Ng Kok Song (kiri).


Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Akhir kejayaan Amerika Serikat (AS) bisa jadi sudah dekat. Dominasi AS sebagai negara adidaya kini tengah mendapat tantangan dari negara lain.

Hal ini diungkap oleh Ray Dalio, pendiri perusahaan investasi Bridgewater Associates dalam panel Future China Global Forum (FCGF). Menurut pria yang juga penasihat BPI Danantara ini, kejayaan AS tengah goyah salah satunya karena utang yang tinggi.

Bahkan, sistem moneter di AS kini tengah menghadapi risiko akibat tingkat utang yang tinggi tersebut. “Ada ancaman terhadap tatanan moneter AS,” kata Dalio di Singapura, Jumat (19/8).

Dalio bahkan juga menuturkan, tekanan ekonomi yang muncul dari utang yang tinggi ini merupakan salah satu tanda-tanda suatu negara akan jatuh. Ia mencontohkan, ini yang terjadi pada Belanda dan Inggris di masa lalu, sebelum akhirnya posisi negara terkuat di dunia diambil oleh AS.

Baca Juga: Moody’s: Kekuatan Fiskal Amerika Serikat (AS) Diprediksi Terus Melemah

Tanda lainnya adalah adanya kekacauan sistem politik. Dalio menilai, politisi di AS, baik pendukung Partai Demokrat maupun pendukung Partai Republik, terkesan ogah mengatasi masalah fiskal yang dihadapi AS saat ini.

Tahun lalu, utang pemerintah AS meroket hingga mencapai 121% dari produk domestik bruto AS. Angka ini naik dari 119% di tahun sebelumnya.

Dalio menyebut, AS perlu menerbitkan surat utang sekitar US$ 12 triliun untuk mebiayai kebutuhannya. Sementara pasar tidak selalu memiliki permintaan atas surat utang tersebut.

Pendiri dan Executive Chairman Avanda Investment Management Ng Kok Song menambahkan, kondisi tersebut yang juga menyebabkan isu dedolarisasi saat ini menguat.

Kondisi ini bermula saat AS menghadapi krisis mortgage di 2008 silam. Saat itu, AS membutuhkan banyak dana untuk mendorong ekonominya yang resesi akibat krisis.

Baca Juga: Sektor Jasa Amerika Serikat (AS) Tak Terduga Melemah pada Mei, Inflasi Menguat

Ng Kok Song menyebut, negara lain memang juga menghadapi keadaan serupa dengan AS. Kendati begitu, menurut dia, kondisi di AS sudah mendekati puncak. “Kita tidak tahu kapan krisis bisa terjadi,” kata dia.

Masalah fiskal di AS membuat negara ini berkali-kali menghadapi ancaman pemerintah tidak bisa menjalankan operasional. Bahasa bekennya, government shutdown.

AS saat ini juga kembali menghadapi masalah serupa. Bila sebelum 1 Oktober pemerintah AS tidak bisa mencapai kesepakatan soal bagaimana mendanai operasionalnya, apakah dengan menaikkan debt ceiling atau cara lain, AS bakal mengalami government shutdown.

Selanjutnya: 18 Daftar Camilan dan Minuman yang Sehat untuk Jantung

Menarik Dibaca: Akhir Pekan Hujan Turun di Mana? Cek Peringatan Dini Cuaca Besok di Jabodetabek




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×